Mohon tunggu...
Achmed Sukendro
Achmed Sukendro Mohon Tunggu... TNI -

Membaca Menambah Wawasan, Menulis Berbagi Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pungli Pelayanan SIM: Memanfaatkan Antrian dan Tes

22 Oktober 2016   20:52 Diperbarui: 22 Oktober 2016   21:04 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang pencari yang sudah membayar diinstruksikan untuk ke tempat tes dan pasti lulus. Saya nggak mau ngikuti sang pencari SIM melanjutkan minum teh. Kira-kira pukul satu siang, sang pencari SIM datang kembali dengan wajah segar cerah menunjukkan SIM yang didapat, sehari selesai. Mengapa harus hari kedua, urus SIM nya,rupanya hari pertama setelah apel siang atau datang ke rumah,berkas-berkas diserahkan kepada oknum petugas. Nah sepagi apapun pencari SIM yang lewat calo pasti dipanggil siang,karena ternyata sudah ada tumpukan berkas yang dari calo yang diserahkan kemarin sore atau diserahkan di rumah oknum petugas.

Saya harus akui pelayanan SIM di Jakarta yang di jalan Dan Mogoot bagus,pengawasan dari Bareskim Propam sangat ketat, masuk ada provost yang menanyakan keperluan jika urus SIM dikasih ID Card model kalung. Sepanjang waktu Reserse,propam keliling mengawasi terus menerus. Saya berpikir calo dan pungli pasti sulit bermain, Namun pengalaman di Polres K, membuat naluri saya masih merasakan ada celah. Karena KTP saya sudah Jakarta dan SIM sudah mau habis masa berlakunya, saya mengurus SIM di Dan Moggot. Karena saya mutasi bukan SIM baru sesuai persyaratan saya bawa surat Mutasi dari Satlantas tempat dikeluarkan SIM lama saya.

Tes kesehatan di gerbang masuk,daftar/isi formulir, bayar (termasuk asuransi bhayangkara yang saya dengar ada yang mempermasalahkan),masukkan berkas di loket perpanjangan. Nah lho,kejadiannya sama, masukkan berkas jam 0830..baru dipanggil pukul 14.15.. saya penasaran apa mungkin berkas lewat calo bisa masuk dengan sistem pengawasan yang super ketat. Ketika menjelang istirahat..saya sengaja bangkit dari kursi ruang tunggu berdiri di depan kaca. Pas pukul 12.00 jam istirahat,pelayanan dihentikan,petugas menutup kain kelambu untuk menutupi kaca tanda pelayanan ditutup. 

Saya berdiri dipojok. Tuhan menolong saya untuk tahu. Petugas yang menarik kain gorden untuk menutup kaca,tidak maksimal,pada ujungnya masih ada celah kira-kira 5 cm. Saya lihat kedalam,jelas terlihat ada orang masuk lewat pintu belakang entah phl,entah asn/pns polri karena berpakaian pns polri,tidak jelas nama dan pangkat pns,membawa berkas cukup banyak,ditaruh ditumpukan berkas saya, nah berkas saya jadi dibawah,pasti lama lagi memasukkan data ke komputer.

Usai menaruh,seseorang pergi lewat pintu belakang, baru semenit ditutup pintunya,masuk lagi ibu-ibu bawa berkas banyak juga,ditaruh di tumpukan berkas saya juga..sambil bicara makasih pakde,terus keluar. Tiba-tiba saya dikejutkan suara.. maaf pak istirahat pelayanan tutup sementara,silahkan istirahat juga,oh ya jawab saya sambil ngacir,sepertinya orang Reskrim yang keliling-keliling, pengawasan. Saya pergi ke musholla waktunya sholat dhuhur.

Tes dan antrian dimanfaatkan oleh calo bekerjasama dengan oknum petugas untuk mendapatkan keuntungan dengan  menarik tarif jauh diatas harga SIM yang ditentukan. Entah kenapa saya lihat banyak di unit unit pelayanan SIM , komputer antrian tidak digunakan, mati, rusak. Di Dan Mogoot pun antri panggilan.Suatu kesengajaan atau malas memanfaatkan teknologi.

Saya urus SIM di Dan Moggot, perpanjangan,tidak bisa membayangkan yang SIM baru, saya lihat ruang tunggu penuh, membludak. Saya tidak menuduh di Dan Moggot ada calo karena tidak tahu dan tidak ketemu calo, hanya saya rasakan antri yang sungguh lama dan melihat sendiri, ada orang masuk menaruh berkas sehingga berkas saya dan beberapa orang tertindih. Berani Jujur itu Hebat..benar...mengurus SIM dengan jujur harus sabar antri dan buang waktu, tenaga dll, hebat khan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun