Bukan menjadi rahasia, institusi pelayanan SIM Polri adalah sarang pungli dan percaloan, Namun upaya-upaya memperbaiki pelayanan SIM sudah diupayakan pemerintah dan Polri, pelayanan SIM dari tahun-ke tahun ada peningkatan yang cukup baik. Dengan bantuan teknologi dan tekad Polri untuk memberikan pelayanan yang terbaik, pelayanan SIM semakin hari semakin memuaskan masyarakat. Namun masih juga ada praktek-praktek Pungli di pelayanan SIM.
Di setiap pelayanan SIM, saya yakin sudah tidak ada lagi calo, karena penjagaan yang ketat di pintu masuk oleh tenaga Propam Polri dan sosialisasi untuk tidak menggunakan jasa calo terpampang jelas dan terbaca oleh masyarakat. Namun bukan berarti pelayanan SIM masih bebas pungli dan calo. Pengamatan saya percaloan dan pungli memanfaatkan celah-celah penggunaan teknologi dan pengawasan serta memanfaatkan situasi.
Masih adanya calo dan pungli menurut saya disebabkan kepandaian memanfaatkan sistem pelayanan SIM yaitu banyaknya para pencari SIM karena tumbuhnya kesadaran masyarakat akan tertib lalu lintas dan tentunya tumbuhnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang membikin takjub. Ribuan mobil terjual dalam setahun, jutaan kendaraan roda dua mengaspal tiap tahunnya di jalan-jalan raya seluruh Indonesia.
Kebutuhan akan SIM meningkat dan tentu saja karena pelayanan SIM hanya ditingkat Polres,maka dimana-mana antrian untuk mendapatkan SIM terjadi,satu pelayanan SIM dalam satu harinya harus melayani ratusan masyarakat yang berniat mendapatkan SIM. Antrian inilah yang membuat para pencari SIM harus menyediakan waktu yang lumayan bahkan melelahkan.Ada beberapa unit pelayanan SIM yang proses SIM sampai dua hari, satu hari untuk kelengkapan administrasi seperti tes kesehatan yang juga antri.
Para pencari SIM harus menyiapkan waktu dan tenaga yang cukup. Para pegawai harus izin tidak bekerja lebih dari satu hari.Satu lagi kondisi yang dimanfaatkan oleh para calo dan kesempatan pungli adalah tes berkendaraan baik teori dan praktek yang tentunya namanya tes ada yang tidak lulus,jika tidak lulus maka harus mengulang beberapa hari kemudian, tentunya butuh biaya dan waktu.Maka tawaran calo dan oknum petugas mencari jalan pintas untuk lulus tes pasti sangat menggiurkan karena dihitung-hitung waktu dan tenaga yang akan terbuang.
Di kantor Satlantas Polres K (AA...). Ketika kita masuk sudah ada provost yang akan menanyakan keperluan dan lain-lain, di papan-papan pengumuman dan tembok terpampang himbauan untuk tidak menggunakan calo, cara memperoleh SIM, tarif dll. Sekilas pelayanan SIM benar-benar transparan dan bebas calo tentunya pungli. Ada peluang yang dimanfaatkan. Hari itu saya sengaja memperpanjang SIM sekaligus mutasi karena SIM saya SIM keluaran Polda Bali, sedangkan KTP saya sudah mutasi dan ber-ktp Jateng.Â
Masuk satlantas polres yang letaknya jauh dari Mapolresta, ternyata untuk melengkapi persyaratan administrasi antara lain surat keterangan dokter yang ternyata letaknya tidak di dalam satlantas tapi jauh di asrama polri,maka saya harus ke polkes polres dulu, jaraknya sekitar 500 meter dari tempat pelayanan SIM, sampai di polkes sudah antri dan saya mendapatkan waktu tes pukul 14 an ,ketika balik ke pelayanan SIM, tentu sudah tutup di bagian pendaftaraan, besoknya saya harus kembali.Â
Nah saya rugi waktu tenaga. Besok pagi-pagi saya masukkan berkas persyaratan, saya ingat betul masih ada beberapa orang yang duduk dibangku ruang tunggu, semakin siang mulai banyak yang datang. Dari 07.30 masukkan berkasjan 13.30 baru dipanggil bayar bri dan seterusnya selesai SIM ditangan. Yang membuat heran mengapa antrian yang baru beberapa orang,saya dipanggil siang,artinya banyak yang datang setelah saya dapat panggilan terlebih dahulu,padahal saya lihat petugas melayani cukup cepat. Beberapa minggu kemudian saya kembali tapi bukan ngurus SIM, ingin tahu apa penyebab kejanggalan pelayanan yang saya alami,padahal semua prosedur telah dijalani dan dilakukan secara cepat oleh petugas. Disuatu tempat tidak jauh dari pelayanan SIM saya mendapatkan jawaban.Â
Calo bermain. Saya perhatikan dari dekat seseorang yang mencari SIM langsung menemui orang yang berpenampilan bak polisi, badan gagah, celana coklat ala polisi dan sepatu panthopel model sepatu PDH TNI/Polri. Deal untuk mengurus SIM jalur mudah cepat. Seseorang menyerahkan foto copy ktp KK dll dan menyerahkan uang sejumlah harga yang ditawarkan calo, membuat saya hampir pingsan, 4--5 kali harga SIM,karena kurang percaya,saya perhatikan dengan seksama sang calo menghitung uang lembaran seratus ribuan, 400 ribu SIM C, 600 Ribu SIM A..puuhh harga SIM kisaran 125 ribu. Oke pak besok jam sembilan bapak datang kesini ke saya dulu jangan ke Satlantas.Â
Besok paginya karena penasaran, saya kembali nongkrong di warung itu. Ohh ..ternyata sang calo ,,bapak ke ruang tunggu kalo dipanggil bayar di bank..nih uangnya nanti kesini lagi. Sang pencari SIM mendatangi ruang tunggu, tidak lama kemudian dipanggil,saya lirik berkasnya ada tulisan pensil nama petugas, brigadir x,pns x,phl y atau ada yang seperti kode angka dan huruf. Ooh ini yang membuat saya siangan dipanggil meski datang paling pagi,masukkan berkas paling awal.
Usai membayar sang pencari SIM kembali ke warung, saya ikuti, saya pesan teh sama makan jajan sekalian kuping dan mata saya terus memperhatikan ke calo.sudah ada beberapa orang yang antri ke calo, saya dengar ada yang bertanya keprimen tes kesehatan...?(bagaimana dengan tes kesehatan).. jawab calo: bapake sisuk mrene bae jam sanga,,kabih beres wes ..nyong kabeh sing mberesi,.. kari rika teka mrene trus antri bayar mrene maning..( bapak besok kesini saja jam sembilan,semua sudah saya beresi , anda tinggak datang kesini besok terus antri bayar,habis bayar kesini lagi)... oohh begini caranya..ketika hal ini saya tanyakan teman saya dokter tentang surat kesehatan yang tanpa diperiksa pasiennya dijawab..melanggar etika kedokteran..nggak boleh dan nggak benar.Â
Sang pencari yang sudah membayar diinstruksikan untuk ke tempat tes dan pasti lulus. Saya nggak mau ngikuti sang pencari SIM melanjutkan minum teh. Kira-kira pukul satu siang, sang pencari SIM datang kembali dengan wajah segar cerah menunjukkan SIM yang didapat, sehari selesai. Mengapa harus hari kedua, urus SIM nya,rupanya hari pertama setelah apel siang atau datang ke rumah,berkas-berkas diserahkan kepada oknum petugas. Nah sepagi apapun pencari SIM yang lewat calo pasti dipanggil siang,karena ternyata sudah ada tumpukan berkas yang dari calo yang diserahkan kemarin sore atau diserahkan di rumah oknum petugas.
Saya harus akui pelayanan SIM di Jakarta yang di jalan Dan Mogoot bagus,pengawasan dari Bareskim Propam sangat ketat, masuk ada provost yang menanyakan keperluan jika urus SIM dikasih ID Card model kalung. Sepanjang waktu Reserse,propam keliling mengawasi terus menerus. Saya berpikir calo dan pungli pasti sulit bermain, Namun pengalaman di Polres K, membuat naluri saya masih merasakan ada celah. Karena KTP saya sudah Jakarta dan SIM sudah mau habis masa berlakunya, saya mengurus SIM di Dan Moggot. Karena saya mutasi bukan SIM baru sesuai persyaratan saya bawa surat Mutasi dari Satlantas tempat dikeluarkan SIM lama saya.
Tes kesehatan di gerbang masuk,daftar/isi formulir, bayar (termasuk asuransi bhayangkara yang saya dengar ada yang mempermasalahkan),masukkan berkas di loket perpanjangan. Nah lho,kejadiannya sama, masukkan berkas jam 0830..baru dipanggil pukul 14.15.. saya penasaran apa mungkin berkas lewat calo bisa masuk dengan sistem pengawasan yang super ketat. Ketika menjelang istirahat..saya sengaja bangkit dari kursi ruang tunggu berdiri di depan kaca. Pas pukul 12.00 jam istirahat,pelayanan dihentikan,petugas menutup kain kelambu untuk menutupi kaca tanda pelayanan ditutup.Â
Saya berdiri dipojok. Tuhan menolong saya untuk tahu. Petugas yang menarik kain gorden untuk menutup kaca,tidak maksimal,pada ujungnya masih ada celah kira-kira 5 cm. Saya lihat kedalam,jelas terlihat ada orang masuk lewat pintu belakang entah phl,entah asn/pns polri karena berpakaian pns polri,tidak jelas nama dan pangkat pns,membawa berkas cukup banyak,ditaruh ditumpukan berkas saya, nah berkas saya jadi dibawah,pasti lama lagi memasukkan data ke komputer.
Usai menaruh,seseorang pergi lewat pintu belakang, baru semenit ditutup pintunya,masuk lagi ibu-ibu bawa berkas banyak juga,ditaruh di tumpukan berkas saya juga..sambil bicara makasih pakde,terus keluar. Tiba-tiba saya dikejutkan suara.. maaf pak istirahat pelayanan tutup sementara,silahkan istirahat juga,oh ya jawab saya sambil ngacir,sepertinya orang Reskrim yang keliling-keliling, pengawasan. Saya pergi ke musholla waktunya sholat dhuhur.
Tes dan antrian dimanfaatkan oleh calo bekerjasama dengan oknum petugas untuk mendapatkan keuntungan dengan  menarik tarif jauh diatas harga SIM yang ditentukan. Entah kenapa saya lihat banyak di unit unit pelayanan SIM , komputer antrian tidak digunakan, mati, rusak. Di Dan Mogoot pun antri panggilan.Suatu kesengajaan atau malas memanfaatkan teknologi.
Saya urus SIM di Dan Moggot, perpanjangan,tidak bisa membayangkan yang SIM baru, saya lihat ruang tunggu penuh, membludak. Saya tidak menuduh di Dan Moggot ada calo karena tidak tahu dan tidak ketemu calo, hanya saya rasakan antri yang sungguh lama dan melihat sendiri, ada orang masuk menaruh berkas sehingga berkas saya dan beberapa orang tertindih. Berani Jujur itu Hebat..benar...mengurus SIM dengan jujur harus sabar antri dan buang waktu, tenaga dll, hebat khan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H