Maka dari itu, perlu merombak sistem ini hingga ke akar-akarnya. Kapitalis tidak mungkin menyerahkan secara cuma-cuma segala sumberdaya yang mereka miliki yang seharusnya menjadi milik bersama. Perlu bagi buruh dan tani untuk merebut alat produksi dari kapitalis dan menjadikannya dimiliki secara kolektif. Pengelolaan atas alat produksi harus dilakukan secara terencana. Dengan menerapkan ekonomi terencana, maka tidak akan lagi terjadi bencana kekurangan bahan pokok. Perencanaan produksi dan distribusi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan untuk menggandakan profit.
Tidak lengkap jika kita hanya berbicara soal teori dan proyeksi. Kita perlu berbicara soal prakteknya di dunia nyata. Rusia telah menjadi saksi nyata keberhasilan ekonomi terencana. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Rusia mencapai kemajuan tingkat produksi yang membanggakan, jauh lebih besar daripada negara kapitalis maju pada zamannya. Kita dapat melihatnya dari kemajuan produksi di Rusia sebelum dan setelah menerapkan ekonomi terencana. Saya akan mengambil data dari notulensi pidato Leon Trotsky ke kaum Sosial Demokrat Denmark pada 1932 (dalam dokumen "In Defence of October "). Isi pidatonya hanyalah kajian ilmiah secara nyata dan tidak bersifat politis. Sebelum Revolusi Oktober (revolusi kelas buruh Rusia), tepatnya tahun 1913, sebelum perang dunia pertama, Rusia dapat mencapai kemajuan produksi dalam kurva 100. Kurva ini menurun hingga rekor terendahnya, yakni pada angka 25, ketika Perang Dunia Pertama berkecamuk dan meletusnya perang saudara Rusia. Wajar, segala sumberdaya akan terkuras ketika terjadinya perang. Namun terjadi kenaikan produksi pada tahun 1925 menuju pada angka 75. Setelahnya mengalami kenaikan pada tahun 1929 sebesar 200. Ketika Trotsky berpidato, yakni 1923, angka tersebut naik secara fantastis menjadi 300.
Disini nampak bahwa, walaupun terhambat oleh birokrasi Stalinis Rusia, Rusia yang saat itu menjadi Uni Soviet berhasil menciptakan kemajuan dalam bidang produksi. Berkat warisan dari Revolusi Oktober, Uni Soviet dapat menjadi negara pertama yang menerapkan ekonomi terencana sosialis yang sangat berhasil. Pada saat itu, Soviet-lah yang berhak melakukan manajemen atas produksi dan distribusi. Soviet dalam bahasa Rusia artinya dewan. Dewan ini merupakan organisasi demokratis di tempat kerja yang terdiri dari buruh dan tani. Tidak ada kepemilikan atas alat produksi di Uni Soviet, semua dimiliki secara bersama oleh buruh dan tani. Jadi jangan sampai berargumen sebatas "Ekonomi Uni Soviet dikendalikan oleh negara." Tapi pertanyakan lebih dalam lagi, "Siapakah yang mengendalikan negara tersebut?" Yang mengendalikan "negara" Uni Soviet adalah buruh dan tani (pengecualian sedikit di era Stalin), bukan oligarki kapitalis. Bahkan jika Uni Soviet dikatakan sebagai negara pada saat itu juga tidak pantas, karena Uni Soviet bentuknya adalah semi-negara atau setengah negara, bukan sepenuhnya menjadi negara. Saya akan membahas ini dilain waktu bila ada kesempatan.
Dari pembahasan-pembahasan singkat diatas, kita harusnya semakin sadar bahwa sudah seharusnya mengakhiri sistem ekonomi yang tidak rasional ini, yakni ekonomi pasar—yang sebenarnya adalah ekonomi kapitalisme—ke ekonomi terencana. Jika dipikir secara logis, sudah seharusnya yang menikmati hasil produksi adalah yang memproduksi. Perencanaan atas produksi harus dilakukan secara kolektif dalam suatu dewan buruh dan tani. Tak boleh ada lagi kepemilikan pribadi atas alat produksi. Untuk mewujudkan itu, kelas buruh sedunia harus bersatu melawan kaum kapitalis dan kaum bankir yang telah terbukti menimbun kekayaan yang didapatkan dari mencuri nilai lebih dari buruh dan merampas kebutuhan seluruh masyarakat tertindas.
Kaum buruh sedunia, bersatulah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H