Pagi itu (2/12/23) Gunung Sibayak terlihat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pendaki yang naik menuju Puncak Gunung yang memiliki ketinggian 2181 mdpl ini melakukan aktivitas berbeda. Selain mendaki, beberapa anak muda memungut sampah, memasukkan sampah di dalam trash bag lalu mengumpulkannya di area camping ground.
Selain itu ada beberapa kelompok yang memasang papan interpretasi berupa peta, petunjuk jalan dan himbauan membawa sampah kembali selesai pendakian. Sampah-sampah yang sudah terkumpul di area camping ground Gunung Sibayak kemudian diangkut turunke Pos 1 dan dilanjutkan diletakkan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kota Berastagi Kabupaten Karo.
Kegiatan ini merupakan Project Based Learning (PBL) dari Mata Kuliah Manajemen Proyek dan Fundrising Konservasi Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara (Fahutan USU). Kegiatan ini mampu menarik dukungan dari berbagai pihak dan masyarakat luas. Selain mahasiswa dan dosen Fahutan USU, kegiatan ini juga didukung oleh UPTD Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Tahura BB) Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan masyarakat dan media mahasiswa SUARA USU. Aksi bersama disebut AKSIKU (Aksi Pembersihan Lingkungan dan Pemasangan Papan Interpretasi). Acara ini bukan sekadar kegiatan fisik, melainkan juga kolaborasi yang memiliki tujuan menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi alam.
Bagaimana kegiatan ini bisa terlaksana dengan sukses dan baik. Begini proses sebuah perkuliahan berkembang menjadi gagasan dan terwujud menjadi aksi nyata
Pertama, Kegiatan ini diawali oleh pembekalan tentang proyek konservasi dan teknik penggalangan dana oleh dosen pengampu mata kuliah di dalam kelas. Setelah aspek teori diberikan, dosen pengampu memberikan tugas proyek sosial lingkungan, yang muncul dari gagasan mahasiswa yang berisi nama kegiatan, lokasi kegiatan dan tempat kegiatan.
Kedua, mahasiswa membentuk manajemen proyek yang berisi Direktur Utama, Direktur Fund Raising dan anggotanya, Direktur Kampanye dan anggotanya, Direktur Publikasi Media dan anggotanya serta Direktur Aksi. Para direktur mengkoordinasikan masing-masing tugas yang menjadi tanggung jawab divisinya.
Ketiga, mahasiswa, dosen dan prodi mulai menggulirkan kegiatan khususnya fundraising dan kampanye kegiatan. Target dana sebanyak 12 juta terlampaui selama penggalangan dana selama 2 bulan. Semua mahasiswa (56 mahasiswa) berhasil menggalang dan sebagai pengkampanye melalui media sosial.
Keempat, kolaborasi berbagai pihak dan penyiapan aksi lapangan. Mahasiswa berkoordnasi dan mengajak kolaborasi dengan pihak pengelola kawasan Gunung Sibayak yaitu UPTD Tahura BB sekalgus meminta dukungan administasi, perizinan dan pengarahan teknis. Media berbasis mahasiswa juga diajak untuk ikut promosi kegiatan ini untuk mendukung target penggalangan dana dan kampanye aksi konservasi.
Kelima, pembersihan Lingkungan Gunung. Kegiatan puncak AKSIKU dilaksanakan pada 2 Desember 2023 di areal pos pendakian, jalur pendakian, camping ground dan puncak gunung. Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diberikan tugas untuk membersihkan area tertentu. Sampah plastik, botol minuman plastik, kertas, dan material lainnya dikumpulkan menjadi satu tempat, lalu dibawa turun dan dibuang ke tempat pembuangan sampah umum di depan SMP Negeri 2 Berastagi.
Keenam, pemasangan papan interpretasi. Â Sebanyak enam papan interpretasi di pasang secara permanen lokasi yang strategis. Papan interpretasi tersebut bertujuan untuk memberikan informasi edukatif kepada pengunjung tentang pentingnya tidak membuang sampah sembarangan di area Gunung Sibayak, petunjuk jalur, area camping ground, dan bagian puncak gunung. Proses pemasangan dilakukan secara bersama-sama, melibatkan mahasiswa, pengelola dan dosen.
Ketujuh, pemberian tong sampah. Sebagai langkah konkret dalam mengatasi sampah yang berserakan, empat (4) tong sampah dipasang di titik-titik strategis di sekitar Gunung Sibayak. Tong sampah diharapkan dapat memudahkan pengunjung untuk membuang sampahnya, mendukung upaya menjaga kebersihan lingkungan.
Kegiatan AKSIKU ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi pengurangan limbah domestik dari aktivitas pendakian dan wisata, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Papan interpretasi menjadi sarana edukasi yang efektif bagi pengunjung wisata petialangan ini. Sementara itu penambahan tong sampah diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang berserakan dan memudahkan pengelola kawasan mengelola sampah lebih lanjut. Partisipasi aktif masyarakat setempat memberikan sentuhan khusus pada kegiatan ini.
Dukungan dan kerjasama antara mahasiswa, dosen, dan masyarakat merupakan modal utama untuk menjaga keberlanjutan program pelestarian lingkungan. Dari sebuah gagasan dan motivasi dalam kelas, terwujud menjadi aksi sosial lingkungan yang berdampak.
Kegiatan AKSIKU bukan hanya menjadi aksi fisik, tetapi juga menciptakan jejak edukasi dan kesadaran yang berkesinambungan. Melalui kolaborasi erat antara perguruan tinggi, media dan masyarakat, diharapkan program semacam ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi upaya pelestarian lingkungan di berbagai daerah.
Salam lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H