Saya menjaga makanan yang bisa mengganggu pencernaan dan hanya makan dan minum yang membuat badan serasa segar dan bugar. Tolak Angin adalah salah satu yang membantu saya kembali segar saat kantuk, lelah dan jenuh melanda. Rasa hangat jahenya membuat tubuh saya cesss plenggg, langsung terasa hangat saat sehingga tetap prima di perjalanan.
Saya menempuh waktu empat malam untuk perjalanan tahap pertama, Medan -- Sumedang. Saat malam tiba, saya menumpang menginap di rumah teman yang kebetulan ada di empat di ibu kota provinsi di Pulau Sumatera agar bisa beristirahat cukup. Usai istrahat cukup, saya melaju kembali membelah jalanan Lintas Timur Sumatera.
Dalam perjalanan tahap kedua, Sumedang -- Situbondo, saya tempuh dalam waktu 18 jam, tanpa menginap. Kami hanya berhenti sejenak di SPBU dan Masjid untuk tidur, shalat dan makan sampai pulas sekitar 1 -- 2 jam, lalu berangkat kembali. Tentu saja saat istirahat, Tolak Angin selalu saya konsumsi. Setidaknya tiga kali sehari selama masa mengendarai mobil, saya minum Tolak Angin agar stamina terjaga.
Lewat perjalanan 6000 km ini, kami sekeluarga bersama menikmati kebersamaan yang sangat dekat dan intens. Kami punya waktu banyak mengobrol, makan bareng dan tidur bareng bersama keluarga. Kami menikmati kebesaran Allah di Pulau Sumatera da Jawa berupa laut yang luas, pantai indah berpasir, hutan belantara, perkebunan yang menghampar, tambang minyak dan gas yang melimpah dan sungai luas membentang.
Kami juga menikmati kuliner khas daerah tempat kami berhenti untuk beristirahat. Sungguh perjalanan yang membawa banyak keberkahan. Perjalanan merawat dan memupuk cinta kami pada keluarga yang menjadi sejarah tak terlupakan.
Tolak Angin membuat perjalanan meraih cinta keluarga kami jadi nyaman, bebas masuk angin, tubuh prima dan semangat terjaga. Alhamdulillah, terima kasih tolak angin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H