Itulah kira-kira pertanyaan yang terus menggelayut di benak seluruh warga yang hidup di kaki gunung Sinabung.
Saya sangat terharu melihat fenomena ini. Dalam keprihatian dan kondisi yang mencekam tiap saat, warga Desa Ndeskati menunjukkan kemilau bak mutiara. Mereka sangat menghormati dan begitu berterima kasih pada orang yang dianggap membantu mereka. Itulah mutiara indah yang kami temuka diantara bayang-bayang mengerikan letusan Gunung Sinabung. Abu vulkanik yang kerap menyelimuti Desa ini, tak dapat menutupi terangnya rasa terima kasih yang indah dari warganya. Saya juga merasakan bagaimana Ibu-ibu ini tetap gembira meski banyak beban hidup dan kecemasan yang menghimpitnya.
Sebelum kami pulang, kami mampir ke rumah Nenek Sertaulina Br Ginting. Orang kampung menyebutnya Iting Gaul. Istilah ini karena nenek ini selalu ceria dan tertawa. Suaranya lantang dan rona mukanya mewakili wajah yang penh semangat.
"Sehari, Nenek ini tertawa 70 kali." Celetuk seorang ibu Desa Ndeskati saat saya menanyakan kenapa nenek ini masih nampak sehat.
Hidup sendirian ditinggal suami yang telah wafat 10 tahun lalu dan lima anak beliau yang merantau sungguh terasa berat buat nenek usia 72 tahun ini. Saya mengambil dokumentasi secukupnya dengan niat ingin membantu merehab rumah nenek tangguh ini. Semoga saya bisa menuntaskan niat membantu nenek Sertaulina ini.
Kesabaran, kemurahan tangan, ketangguhan dan rasa berserah diri pada Tuhan, itulah yang saya pelajari dari Desa Ndeskati. Desa yang setiap saat dengan sangat jelas melihat aktivitas Gunung yang tak jua berhenti menghias bumi dan langit dengan semburan material vulkanik.
Kami pun meninggalkan Desa Ndeskati dengan perasaan antara senang dan rindu ingin kembali. Malamnya kami mendengar bahwa Gunung Sinabung kembali Erupsi dengan melontarkan abu vulkanik setinggi 3.800. Subhanallah, semua terjadi atas kekuasaan Allah. Semoga warga Ndeskati dalam lindunga-Nya.
Semoga Allah memberi kesabran, kekuatan dan keikhlasan buat warga terdampak erupsi Gunung Sinabung. Bagi kami yang tidak mengalami masa-masa hidup yang mencekam, semoga kami bisa lebih bersyukur dan bisa selalu bersemangat mengulurkan tangan membantu sesame.