"Kalau ada yang mau membantu saya, lalu saya disuruh memilih apakah rumah tinggal atau kerjaan, saya memilih pekerjaan. Tapi karena tangan saya gak kuat lagi saya pengen jualan."
"Kalau dua-duanya bagaimana, Bu?" tanya saya.
"Aku mau aja."
"Ini jualan ibu?" saya melirik ke tumpukan bros berbentuk bunga terbuat dari pita.
"Ini saya beli buat anak saya. Ini Aisyah anak saya."
Saya mengambil bros berbentuk bunga mawar dan menyodorkan uang berwarna biru.
"Ambil aja, Bu."
"Oh ya, ini siapa namanya, Bu?"
Saya menunjuk ke anak yang dari tadi memeluk ibunya.
"Ini Vena, 5 tahun. Ini Kakaknya Puji 9 tahun. Vena malam ini ulang tahun. Malam minggu nanti."
wajah Sang Ibu mulai cerah.
"Wah Ulang tahun, ya. Selamat ya."
"Sayang saya gak nyiapin kado," batin saya.
"Ibu sendiri namanya siapa?"
ATIKA,...
Sebuah kata yang sangat berharga bagi saya. Kisah Bu Atika ini menjadi viral di berbagai media. tapi banyak yang saya baca tidak mencantumkan namanya di kisah tersebut. Saya sudah mendapatkan namanya dengan proses yang begitu indah.
Bu ATIKA, semoga kami bisa membantu lebih dari sekedar nasi bungkus dan membeli jualan ibu.
Saya tidak gundah apakah Bu ATIKA dan anaknya jujur atau tidak. Saya hanya membayangkan bagaimana seandainya yang dihadapan saya itu adalah istri dan anak orang terdekat kita? Apalagi Vena dan Puji masih dibawah umur, mereka tak pantas berada di kerasnya cuaca dan ketidakamanan jalanan.