Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bu Atika dan Dua Anaknya 'Penghuni' Trotoar di Medan

8 Oktober 2016   21:48 Diperbarui: 9 Oktober 2016   18:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dagangan Bu Atika, berupa Bros dari pita (dok Reza, 8/10/2016)

"Kalau ada yang mau membantu saya, lalu saya disuruh memilih apakah rumah tinggal atau kerjaan, saya memilih pekerjaan. Tapi karena tangan saya gak kuat lagi saya pengen jualan."
"Kalau dua-duanya bagaimana, Bu?" tanya saya.
"Aku mau aja."
"Ini jualan ibu?" saya melirik ke tumpukan bros berbentuk bunga terbuat dari pita.
"Ini saya beli buat anak saya. Ini Aisyah anak saya."

Saya mengambil bros berbentuk bunga mawar dan menyodorkan uang berwarna biru.

Dagangan Bu Atika, berupa Bros dari pita (dok Reza, 8/10/2016)
Dagangan Bu Atika, berupa Bros dari pita (dok Reza, 8/10/2016)
"Gak ada kembalian, Om."
"Ambil aja, Bu."
"Oh ya, ini siapa namanya, Bu?"

Saya menunjuk ke anak yang dari tadi memeluk ibunya.

"Ini Vena, 5 tahun. Ini Kakaknya Puji 9 tahun. Vena malam ini ulang tahun. Malam minggu nanti."

wajah Sang Ibu mulai cerah.

"Wah Ulang tahun, ya. Selamat ya."
"Sayang saya gak nyiapin kado," batin saya.
"Ibu sendiri namanya siapa?"

ATIKA,...

Sebuah kata yang sangat berharga bagi saya. Kisah Bu Atika ini menjadi viral di berbagai media. tapi banyak yang saya baca tidak mencantumkan namanya di kisah tersebut. Saya sudah mendapatkan namanya dengan proses yang begitu indah.

Bu ATIKA, semoga kami bisa membantu lebih dari sekedar nasi bungkus dan membeli jualan ibu.

Saya tidak gundah apakah Bu ATIKA dan anaknya jujur atau tidak. Saya hanya membayangkan bagaimana seandainya yang dihadapan saya itu adalah istri dan anak orang terdekat kita? Apalagi Vena dan Puji masih dibawah umur, mereka tak pantas berada di kerasnya cuaca dan ketidakamanan jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun