Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sketsa "Manusia Gerobak", "Manusia Karung", dan "Manusia Plastik" di Kota Bogor

20 April 2016   11:57 Diperbarui: 20 April 2016   19:15 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Maksudnya, rumah Bapak di sana?” saya penasaran.

“Iya, kalau malam saya tidur di sana (di emperan toko/warung makan dengan tidur beralaskan kardus).”

“Kalau warungnya buka, Bapak gimana?”

“Saya jalan, Dik.”

[caption caption="Pak Suhardiman, dengan karungnya di Jalan Sudirman Kota Bogor (dok. pribadi 20/4/2016)"]

[/caption]Ya, saya paham sekarang. Pak Suhardiman yang lahir di Cimahi pada tahun 1955 ini, hidup tanpa rumah dengan menggotong karung besar ke sana-kemari. Bila pagi menjelang, beliau berkeliling mengumpulkan barang bekas kemudian hasilnya dijual. Bila malam menjelang, beliau bersiap beristirahat di emperan toko di dekat Jembatan Jalan Sudirman.

“Saya sudah tidak punya keluarga. Pernah menikah 3 kali tapi gagal. Sudah 20 tahun saya di jalanan. Alhamdulillah aman gak ada apa-apa. Yang saya takutkan adalah diganggu orang saat tidur atau jalan di malam begini, Dik.”

Duh, saya begitu prihatin dengan kehidupan Pak Suhardiman. Saya pun pamit untuk melanjutkan perjalanan ke tempat lain.

Kami memutari daerah Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor melihat-lihat aktivitas warga Kota Bogor. Jalanan begitu lancar, apalagi jalur Sempur, Pajajaran, Otista, dan Juanda kini diberlakukan SSA (Sistem Satu Arah). Dalam waktu kurang dari 10 menit, dari Jalan Sudirman kemudian memutari kebun raya searah jarum jam, kami sudah sampai di Jalan Juanda.

“Ded, berhenti. Lihat ada orang tidur di trotorar.”

Kami behenti di depan Kantor LIPI (Herbarium Bogoriense) dekat pintu wisatawan masuk ke Istana Bogor. Ya Allah, kami menemukan dua orang berbungkus plastik sedang tergeletak di trotorar Jalan Juanda. Jalan Juanda terkenal sebagai kawasan Istana, yaitu Istana Presiden dan “Istana” Walikota (Balai Kota Bogor). Dedi lalu meletakkan dua bungkus bansus di sisi dua orang yang tertidur “berselimut plastik”.  Dedi tidak membangunkan mereka agar tidak terganggu tidurnya.

Kami pun menjumpai seseorang yang tidur di trotoar Istana Bogor tepat di depan Balai Kota Bogor. Saat Dedi memberikan sebungkus Bansus, lekaki tua yang sedang berkemul sarung yang baru bangun dari tidurnya di depan Istana, sedikit ketakutan. Mungkin dikira kami adalah petugas keamanan yang akan mengusirnya. Dedi meyakinkan kepada lelaki itu bahwa kami adalah relawan yang sedang berbagi minuman hangat. Lelaki yang baru bangun dari tidur di “emperan” Istana itu akhirnya mau menerima bingkisan hangat kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun