Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Energi dari Air dan Limbah Pertanian : Menuju Kemandirian Energi Berbasis Masyarakat

31 Desember 2015   14:54 Diperbarui: 31 Desember 2015   15:07 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar perusahaan dan masyarakat menanam pohon untuk dimanfaatkan kayunya. Nilai ekonomis kayu dari pemanenan pohon telah banyak diketahui oleh semua kalangan, namun nilai ekonomi kayu untuk bahan bakar misalnya pellet kayu (wood pellet) belum diketahui. Berikut perbandingan antara nilai ekonomi kayu dan pellet kayu (kayu untuk energi).

Kegiatan penebangan pada hutan yang akan dipanen untuk kayu pertukangan sebagian besar dilakukan dengan sistem tebang pilih atau tebang habis. Misalnya pada lahan yang ditanami Acacia mangium (Akasia), dengan jarak tanam 3 x 3 meter, dalam satu hektar lahan bisa ditanami sekitar 1100 pohon akasia. Dengan asumsi satu pohon Akasia menghasilkan 1 m3 kayu dengan nilai jual 1 m3 akasia = Rp. 800.000,- / m3, maka, nilai ekonomi dari kayu pertukangan untuk 1 ha adalah Rp. 880.000.000,-(dalam 10-12 thn)

Bagaimana dengan nilai ekonomi pelet kayu? Asumsinya bila 1 pohon akasia menghasilkan 1 m3 kayu tebangan dimana berasal dari 75% dari keseluruhan pohon akasia, maka 25% atau sebesar 0,33 m3 merupakan hasil sampingan dari tebangan pohon tersebut. Apabila dalam 8 tahun pohon akasia yang di tebang adalah 20% dari keseluruhan batang pohon akasia per ha sama dengan 220 pohon akasia maka hasil sampingannya adalah 72,6 m3. Jika berat jenis akasia adalah 450 kg / m3 maka dalam satu periode penebangan akasia produk hasil sampingnya sebesar 32,67 ton. Misalnya harga pasar 1 ton pellet kayu di pasar AS berkisar antara US$ 200 – 250 / ton maka dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp. 12.000,- nilai ekonomi yang diketahui adalah sekitar Rp. 78.408.000,-.

Untuk memudahkan penggunaan pelet kayu di masyarakat, ada teknologi kompor biomassa. Kompor biomassa yang salah satunya dibuat oleh Universitas Brawijaya ini sangat irit bahan bakar. Untuk kebutuhan masak sehari-hari hanya membutuhkan potongan kayu kering sebanyak 700 gram, sehingga mampu mensubstitusi penggunaan LPG atau minyak tanah. (Sumber : “Pengelolaan Hutan Berbasis Rakyat Lestari Dalam Rangka Penguatan Ekonomi Rakyat” oleh Ir. Arifin Lambaga, MSE, PT. Mutuagung Lestari)

Mengingat data dan fakta yang menyatakan bahwa pellet kayu sudah dijadikan sebagai bahan bakar yang dikonsumsi luas dalam skala global, maka prospeknya tentu akan semakin meningkat. Uni Eropa, sebagai pengguna terbesar pellet kayu, akan mensyaratkan Negara-negara anggotanya untuk menggerakkan 20% listrik dari energi terbarukan pada tahun 2020. Berdasarkan data dari AEBIOM and Member State sector organisations dalam situs ihb.de, kebutuhan pellet kayu Uni Eropa dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2013, total kebutuhan pellet kayu Negara-negara Eropa mencapai 16 juta ton (sumber disini) . Harga pellet kayu berkisar USD 120 per metric ton di Pasar Eropa. Adapun penyedia terbesar pelet kayu saat ini adalah Siberia/Rusia. Indonesia bisa menjadi penyedia potensial berikutnya dengan dukungan dari pemerintah.

[caption caption="Tungku api dari bahan bakar kayu/olahan kayu (Sumber : Bahan Presentasi Worshop PHBML Bangkalan 2011) Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha/menatap-masa-depan-kayu-energi-di-indonesia_552a2a11f17e610c66d623aa"]

[/caption]

Biogas

Energi biogas adalah energi yang dihasilkan dengan memproses limbah biomassa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak. (Sumber disini)

Biogas memiliki kelebihan dalam aspek pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan lingkungan hidup. Melalui biogas masyarakat bisa mandiri dan berwawasan masa depan untuk menunjang pembangunan ketahanan energi daerah. Pola pembuatan Biogas yang sederhana, cocok dikembangkan di daerah pedesaan atau pulau terpencil minimal untuk keperluan rumah tangga.

Sumber biogas dapat diperoleh dari limbah perkebunan, limbah peternakan, limbah pertanian, limbah perairan, limbah industri, limbah sampah organik, dan limbah manusia. Bahan baku tersebut merupakan salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui dan sekaligus menyediakan kebutuhan hara tanah dari pupuk cair dan padat yang merupakan hasil sampingannya sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pemerintah memerikan dukungan dalam pengembangan biogas melalui dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun