[caption caption="Kabut Asap di Riau (sumber Kompas.com)"][/caption]
“Tyo Posisi di Riau dimana?”
“Di Taluk Kuantan (Kabupaten Kuantan Singingi) Pak. Sekolah Libur dari Kamis (3/9/2015) sampai Sabtu (5/9/2015) Pak. Kabut asap masih pekat. Lagi ISPA ini Tyo, Pak. Kemarin nganterin Ummi ke pasar gak pakai masker, Pak. Hari ini agak tipis Pak, Rabu kemaren (2/9/2015) tebal. Asap disini kiriman dari Jambi dan Kabupaten Damasraya. Asapnya bikin perih hidung. Tenggorokan rasanya kaya ada pasirnya. Rata-rata tetangga Tyo punya keluhan yang sama.Matahari terlihat seperti kuning telur pagi dan sore, Pak. “
Demikian percakapan saya dengan Tyo, salah satu teman saya yang saat ini tinggal di Riau, wilayah paling berkabut asap sangat parah di Indonesia. Bahkan sampai hari ini, Sabtu (6/9/2015), media memberitakan bahwa kondisi kabut asap masih tidak banyak perubahan; jarak pandang rendah, aktivitas masyrakat terganggu dan penerbangan banyak yang mengalami gangguan. Salah tu berita yang bisa dibaca tentang kondisi Kabut asap di Riau bisa di klik disini.
Di Kalimantan Tengah, saya mendapat kabar tentang kebakaran hutan dan lahan yang juga semakin luas arealnya dan makin buruk dampaknya. Saya bertanya pada Pak Sumarjito, komandan pasukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Manggala Agni Daerah Operasi Kapuas, Kalimantan Tengah.
Saya : Pak, apakah kebakaran di Kapuas masih berlangsung?
Pak Sumarjito : Saat ini (Jumat malam, 4/9/2015), kami masih di lokasi kebakaran Desa Panarung Kecamatan Basarang (Kabupaten Kapuas). Ada korban satu orang patah tulang. Tiga puluh orang terjebak di dalam lokasi. Pak Bupati turun ke lokasi.
Saya : Innalillah…yang terbakar apa Pak?
Pak Sumarjito : Kebun karet, nanas, jabon dan sawit. Kami saat ini (pukul 19.30) belum keluar lokasi kebakaran. Banyak yang sesak nafas.”
Saya : Apakah asap sampai ke Kota Kuala Kapuas Pak?”
Pak Sumarjito : Kota masih aman, Pak.
Saya : Semoga sehat dan selamat bertugas Pak. Salam but teman-teman Manggala Agni Kapuas, Pak!
Esok pagi (sabtu, 5/9/2015) pukul 05.12 pak Sumarjito mengirim pesan ke inbox FB saya.
“Terima kasih, Pak. Pukul 22.30 kami baru keluar lokasi.”
Saya yakin banyak kejadian yang membutuhkan rasa empati kita terhadap warga maupun petugas yang bertahan dalam pekatnya kabut asap. Mereka bertahan hidup seperti ini hampir setiap tahun. Sungguh memprihatinkan.
Disamping pemerintah, dari pihak warga mereka tidak hanya pasif bertahan dari paparan kabut asap, tetapi ada sebagian yang ikut menjadi relawan membantu pemadaman kebakaran hutan dan laghan di daerahnya masing-masing. (Baca : Warga Bantu Pemadaman Kebakaran Lahan di Riau)
Kabut asap belum berahir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi musim kemarau parah masih berlanjut hingga bulan Nopember tahun ini. Kompas.com memberitakan bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan gelombang panas El Nino akan menyerang wilayah Indonesia sampai November 2015. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus Subagyo Swarinoto menuturkan, El Nino yang menyerang wilayah Indonesia berjenis El Nino moderat (Selengkapnya baca disini). Artinya, risiko kebakaran masih tinggi dan kabut asap masih mengancam beberapa wilayah yang kerap terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan sebenarnya bisa diprediksi melaluiberbagai kajian dan sistem yang dibangun oleh berbagai lembaga baik pemerintah maupun non-pemerintah. Namun upaya antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan masih perlu mendapat perhatian dan keseriusan yang tinggi. Pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang efektif dan efisien bisa menghindari memburuknya kondisi, mengurangi kerugian material dan immaterial, memimalisir korban dan biaya pemadaman. Upaya pencegahan bisa berupa pengembangan sistem peringatan dini dengan melibatkan pengetahuan lokal dan potensi masyarakat yang ada di lokasi rawan kebakaran, program penyadartahuan yang luas dan berkelanjutan tentang dampak buruk kebakaran hutan dan lahan serta sosialisasi yang massif dan luas tentang aturan pembukaan lahan dengan pembakaran. Selain itu pemerintah dan berbagai pihak perlu mendorong dan memberikan insentif bagi masyarakat khususnya petani untuk membuka lahan tanpa membakar. Bagi perusahaan yang mendapat konsesi pengelolaan lahan, khususnya yang mengelola lahan gambut, pihak unit manajemen perlu memperketat aturan dan pengawasan pengelolaannya agar lahan konsesinya semakin aman dari kebakaran.
Semua pihak haru ikut memikirkan bagaimana mengatasi kabut asap yang tak kunjung berkurang dari tahun ke tahun. Pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan segala kendala dan keterbatasannya. Urusan kabut asap adalah tanggungjawab seluruh anak bangsa. Mari sumbangkan segala apa yang kita miliki untuk bersama mengatasi bencana kabut asap.
Salam lestari!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H