Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Sabar dari “Perempuan Penipu”

8 Juni 2013   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:19 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entahlah. Saya tak punya kekuatan mengancam-ancam perempuan ini untuk digadang-gadang ke polisi. Padahal sebenarnya, dia sudah membuat kesal dan sedih para korbannya. Saya hanya tidak ingin menggunakan kuasa yang tidak pada tempatnya. Saya bukan hakim. Saya bukan polisi. Saya bukan pengacara. Jadi mengapa saya harus rumit mengikuti arus hukum di negeri ini yang saya merasa masih jauh dari rasa dkeadilan. Saya masih yakin, setiap manusia punya nurani dan belas kasih pada sesama.

“Perempuan penipu” itu seolah menguji kesabaran dan menantang saya menggunakan akal sehat, meski dengannya akanaada orang yang akan mencemooh saya nantinya. Apalah artinya saya mengikuti arus yang saya tidak bahagia mengarunginya. Saya merasa menjadi bahagia karena mengikuti arus hati nurani dan akal sehat saya, sebagai lelaki, sebagai suami dan sebagai seorang ayah. Sama seperti perempuan itu yang mengaku sebagai seorang istri dan seorang ibu dari empat anak yangs sedang mengalami masalah keluarga. Perempuan itu memang tergelincir pada perbuatan tak patut, dan saya dan teman-teman mahasiswa punya niat membantunya.

Sesakit apapun awalnya merasa ditipu, namun memberi kesempatan menyadari kesalahan, tidak mengulangi perbuatan serta berkomitmen menebus kesalahan, apakah itu buruk sebagai sebuah solusi?
Entahlah, kawan. Ini hanyalah curahan hati saya membantu menghangatkan nurani yang terasa membeku. Mencoba merenungi bahwa Tuhan memberi tantangan pada saya yang sejak sepekan ini rutin membaca ilmu tentang Sabar dari sebuah kitab klasik bernama Riyadlus Shalihin.

Terima kasih Tuhan, telah mempertemukan dengan kasus yang menguji kesabaran saya. Semoga perempuan itu bisa mendapat hidayah dari-Nya dan keluar dari kesulitan yang membelit dia dan keluarganya. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun