Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wisata Hati di Pedesaan

11 Desember 2012   23:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:49 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

” Kita punya seekor kucing dan tiga ekor burung yang dibeli sangat mahal. Mereka memiliki banyak sekali hewan peliharaan yang datang sendiri kerumah mereka.”

” Kita membeli AC dan kipas angin untuk mengusir panas. Mereka memiliki udara yang segar dan bersih dimana pun mereka bekerja dan beristirahat.”

” Kita mempekerjakan pembantu untuk melayani kita. Mereka hidup saling melayani satu sama lain tanpa ada yang meminta upah.”

” Kita harus membeli makanan dan dilayani saat waktu makan. Mereka bisa menyediakan makanannya, memasak dan menghidangkannya sendiri.”

”Kita hanya punya tanah yang sempit di depan rumah kita. Mereka memiliki halaman sebatas mata memandang.”

”Kita punya rumah yang tidak luas dan kamar yang sempit. Rumah mereka beratap langit dan mereka tidur dimanapun berselimut embun.”

” Kita memagari rumah dan membuat dinding tinggi agar aman. Mereka mempunyai banyak tetangga dan sahabat yang saling melindungi dan membuatnya aman.” ” Kita minum dan mandi dengan batasan biaya. Mereka bebas mandi, mencuci dan minum air tanpa membayar.”

” Kita kesini dengan menyisihkan tabungan berbulan-bulan. Mereka tiap saat menikmati pemandangan dan suasana alami dan memetik hasil darinya.”

Sang Ayah memeluk tubuh anaknya. Semilir angin mengiringi langkah merka menembus persawahan menuju mobil yang ditinggalkannya sejak tadi pagi. Mentari sore mengiringi perjalanan pulang mereka. Mereka telah mendapatkan inspirasi dan energi jiwa dari perjalanannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun