Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Prie GS: Public Figure Teladan Berbahasa Indonesia yang Baik

16 Agustus 2012   09:58 Diperbarui: 12 Februari 2021   16:02 3892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan saya terdahulu yang berjudul “Kebiasaan Menyingkat Kata, Merusak Bahasa?” ada yang berkomentar bahwa penyingkatan kata banyak terjadi karena batasan jumlah karakter ketika menulis di media sosial.

Ketika saya telusuri tweet para public figure, hampir semuanya menyingkat kata agar pesan yang disampaikan muat dalam satu tweet. Namun tidak dengan “kicauan” sosolk yang satu ini.

Beliau adalah Prie GS. Prie GS yang banyak dikenal sebagai budayawan dan penulis buku asal Semarang. Lihat saja profil di twitter dengan nama akun @Prie_GS beliau menulis dirinya sebagai “Cartoonist, Writer, Public Speaker, Radio & TV Host Semarang, Indonesia.

Beliau memiliki situs pribadi yang bisa dikunjungi di http://www.priegs.com. Tulisan dan status beliau juga bisa Anda simak di Profil Facebook-nya dengan nama akun Prie GS

Saya akan coba kutip beberapa “kicauan” beliau di Twitter. Kenapa twiiter? Karena setiap tweet di Twitter maksimal hanya memuat 140 Karakter.

Coba Anda simak, apa yang menarik dari tweet dari sosok yang saat tulisan ini dimuat sudah memiliki followers sebanyak 29.152. Berikut beberapa tweet beliau yang saya kutip :

Siang memang panas. Tapi kan sore akan datang.

Nasib itu plastis. Ia mengikuti watakmu.

Jangan kecil hati, karena luasan jagat raya saja bisa tersimpan di dalam hati.

Semua hanya pinjaman. Termasuk diriku sendiri.

Permusuhan hanya terjadi kalau engkau layani.

Hemat itu mudah. Tapi mencegah agar tidak sama dengan kikir itu yang susah.

Jangan kelebihan uang tapi kekurangan tidur.

Seberat beratnya bangun sahur masih berat pihak yang membangunkan: istriku.

Jika aku lesu inilah yang kukatakan: ''Hey Prie GS, engkau lebih kuat dari sekadar lapar dan lesu. Ayo salto!''

Breaking News: Sudah azan lohor.

Jurusku main catur masih sama, masih tak terkalahkan. Kalau mau kalah obrak-abrik.

''Novel baru Kang Prie keren!'' ''Lho sudah beli?'' ''Pinjam teman.''

Ini yang kucemaskan: jika kucingku tak pulang, putriku murung panjang. Ayo pus, magrib sebentar lagi datang.

''Kang Prie sound untuk masjid yang bagus apa ya?'' ''Seperti yang dipakai konser Phil Collins itu saja. Cukup itu.'' ''Kang Prie aku telat nonton Humor Sahur. Kepagian,'' protesmu.'' ''Jangankan kamu, aku juga kok.''

Kubaca istilah baru: poligamer.

Negara yang sukses itu cuma memindah. Bukan menggusur. Tapi tersukses adalah memindah saja tidak. Karena semua telah pada tempatnya.

Senang sekali melihat teman duduk di pesawat ini makan lahap sekali. Pihak yang tak puasa memang harus dihormati.

(Sumber : http://chirpstory.com/li/16773)

Apa yang menarik buat saya?

1. Tidak ada kata-kata dalam tweet beliau yang disingkat. Semua kata ditulis dengan lengkap. 2. Tanda baca dalam kalimat juga ditulis lengkap. 3. Kalimat dibuat singkat, dan padat dengan makna yang tetap dalam.

Tentang isi pesannya, beliau selalu membuatnya dengan pesan yang ringan bahkan cenderung humoris. Beliau tetap bebas berekspresi meski dibatasi dengan julah karakter.

Hebatnya, beliau tetap konsisten menerapkan penulisan kata yang sempurna dalam “keterbatasan” tersebut. Tak salah kiranya bila sebagian penggemarnya menjuluki beliau seorang jenius. Jenius karena mampu merangkai kata-kata yang pendek, segar, bernuansa humor namun bermakna dalam.

Inilah yang membuat saya mengagumi beliau yang disebut-sebut banyak orang sebagai “Sang Penggoda Indonesia”. Karya-karya beliau yang menggelitik, kritikannya yang segar dan humoris dan ekspresinya yang bebas namun penuh etika membuat saya sering mampir membaca posting beliau di dunia maya.

Beliau, sebagai public figure sangat memahami bahwa setiap gerak-geriknya bahkan status di jejaring sosial akan selalu dipantau oleh banyak orang. Beliau memilih konsisten untuk berbahasa yang baik dan benar walau teknologi membuat batasan-batasan.

Menurut saya, teknologi bukan alasan untuk mengobrak-abrik bahasa dengan mengurangi huruf pada kata-kata yang dituliskan seseorang. Seorang Prie GS menjadi teladan bagi kita bagaimana seorang public figure tetap menjunjung keindahan Bahasa Indonesia di ruang publik, bahkan dengan ruang yang sangat terbatas.

Mari mencintai Bahasa Indonesia dengan menggunakannya sesuai kaidahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun