Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada yang Menangis di Acara IDKita Kompasiana Bogor

5 Agustus 2012   12:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_198336" align="aligncenter" width="448" caption="Penyampaian materi dari iklan Internet Sehat dan Aman dari Kemenkominfo (dok. pribadi)"]

1344169767404266202
1344169767404266202
[/caption] [caption id="attachment_198337" align="aligncenter" width="448" caption="Penyampaian materi seputar internet sehat dan aman dari sukarelawan IDKita Kompasiana Bogor (dok. pribadi)"]
1344169819181644322
1344169819181644322
[/caption]

Di akhir materi, saya menekankan pada peserta tentang sebuah pernyataan penting :

“Once you post your content, is out there forever “ Sekali anda posting di internet, maka selamanya itu akan berada di sana.

Dan sebagai tip sederhana saya tampilkan slogan ringan yang bisa menjadi pegangan peserta.

“Think Before Act…Think Before Click….Think Before You Post”

Usai pemberian materi tibalah waktu diskusi. Begitu pintu pertanyaan dibuka, hampir semua tangan mengacung. Saya terkaget. Saya menunjuk salah satu Ibu yang sangat antusias. Keluarlah sebuah pernyataan sedih diiringi tangisan dari penanya pertama. Saya terbawa suasana itu. Ibu tersebut menceritakan tentang kesedihannya bahwa anaknya yang masih dibawah umur sudah memiliki FB yang dibuatkan oleh temannya. Beliau sangat kahwatir anaknya jatuh pada aktifitas negatif. Ibu Epih, demikian yang saya tahu nama beliau, juga menunjukkan sebuah berita di surat kabar Bogor tentang fenomena pelajar yang kecanduan video porno. Ternyata video porno yang mereka tonton di download dari internet via telepon seluler (ponsel).

[caption id="attachment_198332" align="aligncenter" width="448" caption="Salah satu peserta bertanya sambil menangis sedih (dok. pribadi)"]

13441695171453848467
13441695171453848467
[/caption] [caption id="attachment_198333" align="aligncenter" width="448" caption="Salah satu peserta memperlihatkan berita tentang fenomena mengejutkan dari pelajar yang kecanduan film porno (dok. pribadi)"]
1344169571445754409
1344169571445754409
[/caption]

Saya lebih banyak menyerap informasi, fakta dan cerita dari para remaja dan orang tua dalam acara dialog ini. Sebagian besar peserta menginginkan mereka punya kemampuan mendeteksi dan melindungi keluarga mereka dari mengakses situs yang tidak aman. Juga bagaimana “Parenting Control Software” bisa disebarluaskan secara luas di amsyarakat untuk mengantisipasi dampak negatif internet.

[caption id="attachment_198338" align="aligncenter" width="448" caption="Peserta antusias enyimak dan mencatat (dok. pribadi)"]

1344169896746297983
1344169896746297983
[/caption] [caption id="attachment_198339" align="aligncenter" width="448" caption="Peserta didominasi remaja putri dan Ibu-ibu (dok. pribadi)"]
13441700211866611432
13441700211866611432
[/caption]

Beberapa pertanyaan dan pernyataan yang sempat saya catat dan sangat berguna bagi IDkita Kompasiana dan mungkin pemerintah adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana menyikapinya anak dibawah umur yang sudah memiliki akun FB, padahal orang tuanya tidak tahu (dibuatkan temannya).
  2. Bagaimana agar pemakaian internet bagi generasi muda bisa lebih bermanfaat dan mengurangi damak negatifnya.
  3. IDKita diminta untuk bergerak terus dan bisa mempengaruhi kebijakan, khususnya untuk tujuan melindungi anak dari dampak negatif internet.
  4. Parenting Control Software belum tersosialisasi. Harusnya bisa diterapkan oleh orang tua, pihak sekolah, instansi pemerintah bahkan warnet.
  5. Minimnya kegiatan positif sehingga mendorong pemakai internet khusunya kalangan anak dan remaja tidak produktif/tidak manfaat.
  6. Pecandu video porno dari kalangan anak dan remaja biasanya dimulai dari telepon seluler (ponsel)
  7. Bagaimana cara mengakses akun jejaring sosial anak, sampai tahu password-nya
  8. Ada kekhawatiran setelah seseorang menghapus berita/gambar yang pernah di-posting, akan di-posting atau di-upload oleh orang lain. Ini bisa membuat pesimis dan trauma bagi orang yang mau “bertaubat”
  9. Pernyataan “Sekali anda posting di internet, maka selamanya itu akan berada di sana” siapa yg bertanggungjawab mensosialisasikan ini?
  10. Cara menghilangkan “kecanduan” internet
  11. Fenomenan Internet masuk desa yang tujuan awalnya untuk meningkatkan ekonomi namun gagal. Warga umumnya (orang tua) tidak bisa menggunakan internet, akhirnya dimanfaatkan anak-anak dan cenderung pada hal yang negative dan tidak produktif.
  12. Bagaimana menyadarkan siswa yang awalnya diberi tugas dari guru untuk mencari informasi di Internet, justru terlena membuka situs tidak relevan dan membuang waktu.

Acara yang awalnya dirancang berlangsung samai pukul 12.00. ternyata baru usai pukul 13.00. Kenapa? Ternyata Para remaja dan orang tua tetap antusias karena panitia menyediakan doorprize yang disediakan oleh IDkita Kompasiana (goodybags), Persaudaraan Muslimah (Salimah) Ciampea dan Majelis Taklim Ibu-ibu Komplek Ciampea Asri. Doorprize itu dibagi setelah para peserta menjawab berbagai pertanyaan dari narasumber dan panitia. Luar biasa, peserta ternyata menyerap sangat baik materi Internet Sehat dan Aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun