Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bersepeda Mengitari ‘Kota Air’ Kapuas

24 Juni 2012   00:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana bersepeda yang kental saya temukan dengan mudah di Jalanan Kapuas yang terlihat sangat bersih. Sekolah penuh dengan sepeda yang diparkir. Pasar juga banyak menyediakan tempat parkir sepeda. Tak ketinggalan juga para pekerja yang berangkat ke tempat kerjanya memakai sepeda. Sehat dan ikut membantu menjaga kualitas udara Kota yang dipimpin oleh M. Mawardi ini.

[caption id="attachment_190207" align="aligncenter" width="448" caption="Suasana bersepeda warga Kuala Kapuas dan tempat parkir yang memadai (dok. pribadi Juni 2012)"]

13404956281345669833
13404956281345669833
[/caption]

Di Kota Kapuas banyak juga ditemukan Taman Kota tempat warga bersantai menikmati ruang public yang nyaman. Di dekat stadion, terdapat taman kota yang sejuk karena banyak pohon sengon menaungi para pengunjung.

[caption id="attachment_190208" align="aligncenter" width="448" caption="Taman kota yang asri di pelabuhan KP3 (dok. pribadi April 2012)"]

13404956761586545049
13404956761586545049
[/caption]

Selesai mengabadikan beberapa obyek menarik di Kota Kapuas, saya memutuskan untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Lontong sayur ala Kapuas menjadi menu pagi ini. Dua buah Lontong berbentuk segitiga sama kaki bercampur kuah santan dan rending ayam saya santap dengan lahap.

Usai sarapan, rasanya kurang lengkap bila tidak membawa oleh-oleh buat teman di kantor Manggala Agni Kapuas. Saya kemudian menuju tempat menjual jajanan warga Kapuas di Jalan Barito. Beraneka ragam gorengan yang masih hangat tersedia disana.

“Malu, Pak.”

Mendadak Ibu penjual gorengan lari masuk ke dalam rumahnya. Dia malu difoto dirinya.

“Kenapa lari, Bu? Saya Cuma mau ambil foto buat kenang-kenangan.

“Iya, Pak, malu karena sedikit orang,” jawab Ibu dengan logat Banjar yang kental.

Akhirnya saya membawa sepuluh buah gorengan untuk teman mengetik dan berbagi dengan teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun