"Kau daun, - kecantikan dan kebanggaanku - semua orang mengagumimu, terutama pada musim berbunga, ketika musim kemarau usai, kau terlihat begitu indah, segar, hijau dan lembut. Kau, seperti akar, harus memberiku makan, mengambil semua makanan yang kau dapat dari udara dan sinar matahari. Makanan ini diambil dari udara, dan dari zat-zat yang diambil dari akar, Kau harus mengolah dan merubahnya menjadi sesuatu yang berbeda, membuat lapisan-lapisan kayu baru dan pertumbuhan baru untuk tahun berikutnya. Tapi kau harus buru-buru dan bekerja siang dan malam, karena musim kemarau parah da panjang akan segera datang dan kau akan kering. "
"Tapi aku tidak ingin mati di musim kemarau, sangat tidak adil. Aku masih sangat muda," anak ketiga mencoba menolak. "Selain itu aku tidak bisa bekerja siang dan malam."
"Tak ada yang perlu ditakutkan, semua daun pohon dan bahkan penjaga hutan, Beringin raksasa, semua kehilangan daun mereka pada musim kemarau. Hanya pohon berdaun jarum yang tetap bertahan daun-daunnya," Tanjung menjelaskan, Lalu Tanjung menambahkan "Tetapi jika kau, daun, tidak bekerja, Kau akan segera kering."
"Anak-anak, di sini ternyata kalian. Apa yang terjadi? Kalian teridur ya?" Suara guru muncul memecahkan keheningan. Anak-anakitu terkejut menemukan bahwa mereka baru saja bangun di dekat pohon Beringin tua di hutan lebat.
"Maafkan kami pohon Tanjung sayang," bisik lelaki pertama dengan lembutnya.
"Kau punya kehidupan yang sangat sulit tetapi kau begitu baik. Terima kasih," - tambah anak kedua.
Dan anak laki-laki ketiga tidak berkata apa-apa dia hanya membelai kulit pohon dan memeluk batang tanjung.
*terinspirasi indahnya pohon tanjung dan kokohnya pohon beringin di Alun-alun Kampung halaman saya, Situbondo
Achmad Siddik Thoha
Perawat Komunitas Pohon Inspirasi
Pendiri Grup POHON INSPIRASI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H