Anak-anak merasa mulai berontak, namun tapi tiba-tiba mereka merasa seperti terbang ke udara langsung menuju ke pohon tanjung.
Anak-anak sadar kembali, tetapi masing-masing berada di tempat yang berbeda. Satu berada di akar pohon tanjung seolah-olah ia telah mnyatu dan menjadi akar tanjung, sedangkan anak lekaki kedua berubah menjadi batang dan cabang, dan yang ketiga menjadi daun pohon tanjung. Anak-anak itu bahkan tidak punya cukup waktu untuk merasakan dan memahami apa yang terjadi sebelum mereka mendengar tanjung memerintahkan mereka:
"Mari kita mulai kerja anak-anak, mari kita lakukan pekerjaan kita. Kita tidak bisa membiarkan diri kita menyia-nyiakan waktu sedikit pun - pohon harus melakukan begitu banyak pekerjaan saat musim kemarau!”
Kau, akar, kau punya tugas sebagai berikut: pertama, kau harus makan dengan makanan yang diserap dari tanah; Kedua, kau harus mengikat kuat aku di tanah dan menahan aku ketika datang badai dan angin yang kuat. "
"Tapi aku tidak bisa bekerja siang dan malam. Aku tidak punya cukup kekuatan dan energi untuk mendukung tanjung besar," tolak anak lelaki pertama.
" Kau harus melakukannya," jawab pohon tanjung. "Kalau aku tidak akan menerima makanan yang cukup dan aku akan mati. Dan jika kau tidak bekerja degan baik untuk menahanku untuk berdiri melawan cuaca buruk maka sedikit angin saja akan meniup dan aku akan mati. Dan kau juga akan mati bersama-sama dengan aku. "
Kemudian pohon tanjung berbicara pada batang dan cabang:
"Dan pekerjaan kau, batangku yang baru, adalah: kau harus menjaga dan melindungi cabang-cabang, daun dan biji-bijian, dan pada saat yang sama kau harus mengantar makanan mereka yang diambil dari tanah oleh akarku. Kulit kayu yang menutupimu adalah pakaianmu - perlindungan melawan dingin, cuaca buruk dan penyakit. Kau harus mencoba untuk menyembuhkan diri secepat mungkin dari semua luka yang dibuat oleh orang-orang bodoh seperti anak laki-laki itu lalu jamur dapat masuk ke dalam dan perlahan-lahan menghancurkanm. Kau akan mulai membusuk dan akan mati. "
"Waduuuh, bahu saya sakit sekali. Sakit setelah cabang-cabang tadi dipatahkan. Belum lagi sakit dari sayatan pisau tadi, sangat menyakitkan," - keluh anak laki-laki kedua.
"Pohon tidak pernah mengeluh, sebaliknya mereka menyembuhkan luka begitu mereka bisa," jawab tanjung,
Lalu Tanjung kemudian berbicara kepada daun: