[caption id="attachment_173741" align="aligncenter" width="336" caption="Wanita Petugas Penarik Karcis di KRL Jabobetabek (dok. pribadi 27/02/2012)"][/caption] Hampir dua bulan ini saya menyaksikan sesuatu yang baru di KRL Jabodetabek. Bukan pada KRL-nya tapi pada sosok lembut penarik karcis di KRL komuter. Penarik karcis yang biasanya dilakukan petugas lekaki kini mulai digantika oleh petugas wanita.
Penarik karcis wanita tetap memakai seragam yang sama dengan petugas lelaki, Seragam putih biru, khas petugas keamanan atau satpam. Penarik karcis wanita ini masuk ke seluruh gerbong, baik gerbong khusus wanita maupun gerbong umum (campuran). Dengan ramah, salah seorang petugas penarik karcis menarik karcis tiap penumpang,
“Pak, karcisnya.”
“Bu, karcisnya.”
[caption id="attachment_173743" align="aligncenter" width="336" caption="Wanita Petugas Penarik Karcis di KRL (dok. pribadi 20/03/2012)"]
Saat giliran saya, tak sengaja tangan petugas wanita itu menyenggol tangan saya ketika meraih karcis. Saya merasakan tangan petugas begitu dingin. Dingin karena AC? Tidak juga, karena dengan penumpang bejubel, suhu di dalam KRL terasa hangat. Mungkin rasa dingin itu berasal dari perasaan takut khawatir dimarahi penumpang yang banyak tidak bayar. Seperti ketika menghadapi seorang Ibu tua yang hanya memiliki satu karcis, padahal dia membawa 3 anak kecil.
“Ibu, yang anak-anak ini mana, karcsinya?” Tanya petugas wanita dengan muka dingin.
Ibu itu cuek saja dan hanya menyodorka satu karcis untuk 4 penumpang yang semuanya duduk. Apa respon petugas penarik karcis wanita itu?
“Bu, anak-anak ini harus pakai karcis, Bu.”
Lagi-lagi Ibu Tua itu cuek. Sementara petugas wanita yang tangannya terasa dingin itu berlalu tanpa berbuat lebih lanjut.
[caption id="attachment_173744" align="aligncenter" width="336" caption="Wanita Petugas Penarik Karcis di KRL (dok. pribadi 20/03/2012)"]
Faktanya, petugas wanita itu tidak benar-benar ingin menegakkan aturan ketika banyak penumpang yang tidak memiliki karcis. Mereka dibiarkan saja nyaman menjadi penumpang. Duduk lagi. Sementara penumpang yang jujur dan tidak memiliki tempat duduk tidak mendapat apresiasi apapun selain muka dingin tanpa senyum.
Jadi apa tujuan dipekerjakannya wanita untuk bertugas menarik karcis di KRL? Hanya lip-service, pemanis atau sekedar menampung tenaga kerja wanita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H