Saya yakin peserta sudah mulai letih, karena waktu sudah melewati tengah hari. Setiba di pendopo LATIN mereka saya putarkan film kartun tentang pohon. Mereka tampak serius menyimak.
Ada satu agenda yang sebenarnya berat dilakukan saat letih seperti ini tapi inilah acara inti sebenarnya yaitu menanam bibit pohon. Tadinya acara ini adalah wajib bagi anak-anak pesera lomba menwarnai dan menggambar. Saya berpikr inilah saatnya saya mendapatkan “buah” dari rangkaian acara untuk mendekatkan peserta pada pohon.
“Siapa yang mau menanam pohon?” saya melontarkan tawaran yang kurang popular saat waktunya harus menerima hadiah dan segera pulang.
“Saya, Aku…” banyak tangan terangkat. Saya merasa mendapat kejutan. “Baik, bagi yang mau menanam, silahkan ikuti saya, dan yang tidak mau silahkan duduk di pendopo.” [caption id="attachment_162423" align="aligncenter" width="362" caption="Anak-anak menanam bibit pohon di Acara Hari Pohon Komunitas Pohon Inspirasi Desember 2011 (dok. pribadi)"]
Ternyata yang mau menanam adalah sebagian besar peserta dan orang tuanya. Saya lega dan merasa bahwa ini sesuatu yang sangat saya dambakan. Menanam bukan lagi program yang dipaksakan. Menanam muncul dari kesadaran dan kebutuhan. Momen inilah yang berbeda dan sangat berkesan dibanding acara Komunitas Pohon Inspirasi sebelumnya.
Setelah kegiatan di Bogor, Guru TK Amanah menyebarluaskan kisah pohon tersebut ke murid-muridnya. Mereka membuat teater yang bersumber dari kisah pohon tersebut. Mereka juga memperdengarkan kisah pohon itu ke penyandang tuna netra. Semoga semakin banyak orang yang menikmati kisah inspirasi dari pohon ini sehingga pohon-pohon semakin disayang.
Salam Lestari
Achmad Siddik Thoha Pendiri Komunitas Pohon Inspiasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI