”Namun pada orang-orang narsisistik tak sehat dikagumi lebih daripada dicintai. Mereka kerapkali adalah inovator-inovator dalam bisnis, mereka digerakkan untuk mencapai bukan karena mereka memiliki standar keunggulan internal yang tinggi namun karena mereka ingin mendapatkan penghargaan istimewa dan kejayaan yang diberikan oleh pencapaian. Tidak banyak peduli tentang bagaimana tindakan-tindakan mereka mempengaruhi orang lain, mereka merasa bebas untuk mengejar sasaran mereka secara agresif, berapapun biaya manusianya. Dalam masa-masa amat bergejolak, jelas Maccoby pemimpin-pemimpin ini bisa kelihatan enarik, meskipun karena mereka memiliki keberanian mengambil resiko untuk menjalankan program-program yang menghasilkan perubahan radikal.”
Wow, ternyata pebisnis handal dan inovator ulung itu bisa terjangkiti narsisis yang tidak sehat ya. Biasanya sih orang punya kelebihan, ketenaran, kekayaan, ilmu dan ketrampilan rwan tersrang narsistik. Lalu ada lagi yang bahaya, narsistik itu jengah dengan kritik. Nah ini nih yang tidak baiknya, bisa-bisa jadi somse deh alias sombong. Sombong kan artinya menolak kebenaran dari orang lain dan merendahkan orang lain. Simak aja deh pendapat Pak Daniel berikut biar komplit.
”Orang-orang narsisistik tak sehat lazimnya tidak memiliki perasaan harga diri. Hasilnya adalah keadaaan batin yang tidak teguh. Pada seorang pemimpin seperti ini, misalnya mengandung arti bahkan ketika ia menyampaikan visi yang inspiratif, ia rentan untuk menutup telinganya terhadap kritik. Pemimpin pemimpin seperti ini bahkan menghindari umpan balik konstruktif, yang mereka pandang sebagai serangan. Kepekaan mereka yang luar biasa terhadap kritik dalam bentuk apapun juga berarti bahwa para pemimpin narsistik tidak mencari informasi secara luas; sebaliknya mereka secara selektif mencari data yang mendukung pandangan mereka, dengan mengabaikan fakta-fakta yang tidak konfrmatif. Mereka tidak mendengarkan namun lebih suka berkhutbah dan memberikan indoktrinasi.”
Apa ya kesimpulannya? Narsistik tidak sehat bahaya tuh, egois, anti kritik, diktator dan gila pujaan. Narsis bisa kita kendalikan dengan tetap mempunyai empati dengan orang lain serta memiliki malu dan merasa bersalah bisa melanggar etika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H