Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Boleh Narsis Asal Berempati

11 Februari 2012   16:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Namun pada orang-orang narsisistik tak sehat dikagumi lebih daripada dicintai. Mereka kerapkali adalah inovator-inovator dalam bisnis, mereka digerakkan untuk mencapai bukan karena mereka memiliki standar keunggulan internal yang tinggi namun karena mereka ingin mendapatkan penghargaan istimewa dan kejayaan yang diberikan oleh pencapaian. Tidak banyak peduli tentang bagaimana tindakan-tindakan mereka mempengaruhi orang lain, mereka merasa bebas untuk mengejar sasaran mereka secara agresif, berapapun biaya manusianya. Dalam masa-masa amat bergejolak, jelas Maccoby pemimpin-pemimpin ini bisa kelihatan enarik, meskipun karena mereka memiliki keberanian mengambil resiko untuk menjalankan program-program yang menghasilkan perubahan radikal.”

Wow, ternyata pebisnis handal dan inovator ulung itu bisa terjangkiti narsisis yang tidak sehat ya. Biasanya sih orang punya kelebihan, ketenaran, kekayaan, ilmu dan ketrampilan rwan tersrang narsistik. Lalu ada lagi yang bahaya, narsistik itu jengah dengan kritik. Nah ini nih yang tidak baiknya, bisa-bisa jadi somse deh alias sombong. Sombong kan artinya menolak kebenaran dari orang lain dan merendahkan orang lain. Simak aja deh pendapat Pak Daniel berikut biar komplit.

”Orang-orang narsisistik tak sehat lazimnya tidak memiliki perasaan harga diri. Hasilnya adalah keadaaan batin yang tidak teguh. Pada seorang pemimpin seperti ini, misalnya mengandung arti bahkan ketika ia menyampaikan visi yang inspiratif, ia rentan untuk menutup telinganya terhadap kritik. Pemimpin pemimpin seperti ini bahkan menghindari umpan balik konstruktif, yang mereka pandang sebagai serangan. Kepekaan mereka yang luar biasa terhadap kritik dalam bentuk apapun juga berarti bahwa para pemimpin narsistik tidak mencari informasi secara luas; sebaliknya mereka secara selektif mencari data yang mendukung pandangan mereka, dengan mengabaikan fakta-fakta yang tidak konfrmatif. Mereka tidak mendengarkan namun lebih suka berkhutbah dan memberikan indoktrinasi.”

Apa ya kesimpulannya? Narsistik tidak sehat bahaya tuh, egois, anti kritik, diktator dan gila pujaan. Narsis bisa kita kendalikan dengan tetap mempunyai empati dengan orang lain serta memiliki malu dan merasa bersalah bisa melanggar etika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun