Lalu fakta apa yang kita lihat di Indonesia? Berapa banyakkah komandan polisi anti huru hara yang santun dan tersenyum ketika menghadapi demonstrasi buruh, petani atau mahasiswa? Berapa kah komandan polisi pamong praja yang tersenyum kepada pedagang kaki lima agar bisa berdialog sebelum kios-kios liarnya dibongkar. Berapa kalikah pernah diliput polisi anti terror yang menggunakan cara elegan dan santun saat menggeledah rumah seseorang yang masih disangka sebagai anggota teroris? Bagaimana kita memandang aparat keamanan saat menangani Kasus Mesuji, Kerusahan Bima, dan kasus yang berujung korban warga sipil?
Peristiwa yang serupa sangat sering terjadi di negeri kita dan melibatkan profesi yang sama, yaitu aparat keamanan. Peristiwa awalnya sama namun seringkali berakhir tragis. Kerusuhan yang berbuntut penembakan masyarakat sipil, penangkapan tanpa belas kasihan, penganiyaan pendemo saat ditangkap dan tindakan anarki lainnya, adalah rekaman peristiwa yang kerap kita saksikan di media.
Kecerdasan sosial yang diperlihatkan oleh Letnan Kolonel Christoper Hughes yang memadukan ketegasan yang terukur dengan baik dengan keahlian membaca orang inilah yang membedakan petugas penegak hukum yang baik atau pemimpin pasukan yang baik ketika berhadapan dengan orang-orang sipil yang sedang marah.
Betapa pentingnya aparat keamanan terutama komandan pasukan memiliki kecemerlangan sosial untuk bisa bertindak yang tepat meski itu harus menyalahi “kitab suci” bernama prosedur tetap (protap). Bila nurani yang berbicara, protap bisa diabaikan demi kepentingan yang lebih luas.
Bila bercermin pada hati, perintah komandan yang menyalahi norma bisa dipertimbangkan. Bukankah pasukan pengamanan itu adalah manusia yang punya hati, bukan robot yang digerakkan oleh komando. Bukankah demonstran dan rakyat sipil itu juga manusia, yang bila tewas akan meninggalkan duka dan beban berat bagi kelaurganya?
Mestinya polisi anti-anarkis itu punya banyak akal untuk membujuk demonstran atau massa. Semuanya tak harus diselesaikan dengan senjata, bahkan senyum pun lebih ampuh menjinakkan massa yang emosi daripada water canon, gas air mata atau senapan. Aparat keamanan, senyum dong!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H