Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Testimoni Sang Asap Kebakaran Hutan dan Lahan

12 Maret 2014   20:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku akan hilang dengan segera bila kalian turun ke lahan gambut dan menyemprotkan air ke dalam tanah dengan alat khusus. Berapa banyak uang lagi yang akan kau buang dengan menyewa pesawat mahal itu" Aku terpaksa memberitahu mereka yang membuang-buang waktu dan uang demi sebuah pemberitaan.

Paling mengerikan aku menyaksikan ribuan orang menjarah hutan dengan membakar dan mengaklaimnya. Mereka tanpa ampun membabat lalu membakar lahan di taman nasional, cagar alam dan hutan lindung untuk diklaim dan diperjualbelikan. Mereka para mafia lahan ini sangat ganas membakar lahan sehingga aku diproduksi besar-besaran di sebuah provinsi.

Bagaimana dengan hujan buatan. aku berpikir sejenak. Kupikir ini lumayan berguna bila dilaksanakan pada waktu yang tepat. Hujan buatan sebelum kemarau parah datang bisa membuat aku susah keluar karena lahan menjadi basah dan sulit terbakar. Mungkin ini sedikit membantu. Tapi kalau aku sudah membumbung tinggi dan menyelimuti penjuru kota baru pesawat pembawa garam itu datang, rasanya tidak banyak guna.

Sebentar lagi angin akan bertiup ke utara. Aku yang berada di Riau akan bersiap "berlibur" ke Singapura , Malaysia dan Thailand. Aku yang ada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara, bersiap melayat ke Serawak.

Jakarta, Surabaya, Semarang dan kota lain di Pulau Jawa tak perlu kukirim asap dari kebakaran hutan dan lahan. Disana tiap hari mereka dengan sadar membakar bahan bakar minyak sendiri dan menghirupnya sendiri. Langit disana tak lagi biru melainkan abu-abu. Pepohonan pun tak lagi ada, bagaimana aku bisa diserap?

Wahai manusia. Meski kemarau sangat panjang, walau banyak ranting, batang, daun, rumput dan belukar sangat kering tersedia serta angin yang kencang, tanpa kalian yang menyulut api, aku takkan muncul dan membekap kalian. Aku sangat kasihan pada warga yang tak tahu apa-apa tapi merasakan penderitaan berbulan-bulan akibat manusia tak bermoral itu.

Kalian kini menikmati apa yang kalian mulai. Kalian menyulut api, kalian pula yang akan terbekap asap. Tapi yang aneh malah ada istilah Banyak asap banyak proyek. Hadeeuuh dasar tak beradab dan korup!

Inilah testimoniku buat kalian manusia. Bukalah kitab suci kalian dan renungkanlah. Semoga kalian menyadarinya.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar Rum/30:41)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun