Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Testimoni Sang Asap Kebakaran Hutan dan Lahan

12 Maret 2014   20:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan perkebunan di Rokan Hilir, Bengkalis, Riau, yang terbakar dan menciptakan asap tebal, 17 Juni 2013. (Sumber Kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="468" caption="Kawasan perkebunan di Rokan Hilir, Bengkalis, Riau, yang terbakar dan menciptakan asap tebal, 17 Juni 2013. (Sumber Kompas.com)"][/caption]

Aku kini sangat populer. Dimana-mana aku diperbincangkan. Semua media memberitakan diriku yang menyebar ke penjuru negeri tanpa batas wilayah. Di sumatera aku terus diproduksi sekaligus disalahkan. Di Jakarta aku dibahas dan dianalisa oleh pejabat dan ilmuwan. Di pengadilan aku dijadikan alasan untuk memasukkan pembakar hutan dan lahan ke penjara.

Hm, mereka takkan bisa menghentikanku. Aku akan terus mereka pelihara. Tak tahukah kalian, bahwa semakin aku mengepul dan mengkabut, aku makin menghasilkan uang. Miliaran bahkan triliunan uang akan mengalir ke kantong oknum tertentu yang memang menginginkan aku selalu ada.

Kutahu dari petugas pemadam kebakaran hutan dan lahan sebuah instansi negara, bahwa semakin banyak kebakaran,  mereka akan menangguk banyak uang. Program di tempat mereka bekerja akan mendatangkan banyak dana bila kebakaran makin marak. Sebaliknya bila tak ada kebakaran mereka akan banyak menganggur karena dana tidak akan cair. Ironisnya, para petugas berani mati (Matiin api), ini dinilai buruk kinerjanya bila tidak ada kebakaran di daerah operasinya. Jangan heran bila mereka akhirnya membakar lahan sendiri lalu dipadamkan sendiri.

"Kurang ajar oknum abdi Negara ini," teriak sang Asap.

Kudengar juga dari petugas pemadam perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri. Mereka membayar orang-orang kampung untuk menyulut api di luar areal sampai menjalar ke dalam kawasan hutan perusahaan. Dengan begitu, divisi kebakaran akan mendapat anggaran berlimpah untuk melakukan kegiatan. Ada uang tambahan yang menggiurkan dari menyalanya api dan hangusnya tanaman di lahan konsesi mereka. Ya, sedikit pencitraan, mereka mengirim helikopter dan regu pemadam untuk membantu memadamkan api di areal yang banyak diliput media. Biasalah, cuci dosa dan cuci muka.

"Sialan bener oknum ini" suara keras Sang asap menggeram marah.

Aku juga tak henti-hetinya dijadikan obyek kesalahan ketika bandara menunda keberangkatan peswat-pesawatnya. Aku disalahkan ketika puluhan ribu terkena penyakit ISPA. Aku dikambinghitamkan saat pengusaha banyak mengalami kerugiaan akibat terhentinya aktivitas usaha. Aku dituding sebagai penyebab meningkatkya gas rumah kaca di Indonesia sehingga banyak Negara mendikte negeriku dengan program yang aneh-aneh.

"Dasar tukang pura-pura. Aku bukannya pelaku dan penyebab. Aku hanyalah akibat yang dibuat oleh manusia serakah tak bermoral." Kembali sang asap protes keras.

Betapa kesanyal saat aku bisa dihentikan dengan cepat, mereka, oknum petugas berlama-lama agar jatah logistik dan operasional semakin besar. Aku sangat heran ketika aku keluar dari kebakaran gambut yang berasal dari bawah tanah, petugas pemadam malah menyiramku dengan air dari atas pesawat.

"Mana bisa padaaaaam?"

Aku akan hilang dengan segera bila kalian turun ke lahan gambut dan menyemprotkan air ke dalam tanah dengan alat khusus. Berapa banyak uang lagi yang akan kau buang dengan menyewa pesawat mahal itu" Aku terpaksa memberitahu mereka yang membuang-buang waktu dan uang demi sebuah pemberitaan.

Paling mengerikan aku menyaksikan ribuan orang menjarah hutan dengan membakar dan mengaklaimnya. Mereka tanpa ampun membabat lalu membakar lahan di taman nasional, cagar alam dan hutan lindung untuk diklaim dan diperjualbelikan. Mereka para mafia lahan ini sangat ganas membakar lahan sehingga aku diproduksi besar-besaran di sebuah provinsi.

Bagaimana dengan hujan buatan. aku berpikir sejenak. Kupikir ini lumayan berguna bila dilaksanakan pada waktu yang tepat. Hujan buatan sebelum kemarau parah datang bisa membuat aku susah keluar karena lahan menjadi basah dan sulit terbakar. Mungkin ini sedikit membantu. Tapi kalau aku sudah membumbung tinggi dan menyelimuti penjuru kota baru pesawat pembawa garam itu datang, rasanya tidak banyak guna.

Sebentar lagi angin akan bertiup ke utara. Aku yang berada di Riau akan bersiap "berlibur" ke Singapura , Malaysia dan Thailand. Aku yang ada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara, bersiap melayat ke Serawak.

Jakarta, Surabaya, Semarang dan kota lain di Pulau Jawa tak perlu kukirim asap dari kebakaran hutan dan lahan. Disana tiap hari mereka dengan sadar membakar bahan bakar minyak sendiri dan menghirupnya sendiri. Langit disana tak lagi biru melainkan abu-abu. Pepohonan pun tak lagi ada, bagaimana aku bisa diserap?

Wahai manusia. Meski kemarau sangat panjang, walau banyak ranting, batang, daun, rumput dan belukar sangat kering tersedia serta angin yang kencang, tanpa kalian yang menyulut api, aku takkan muncul dan membekap kalian. Aku sangat kasihan pada warga yang tak tahu apa-apa tapi merasakan penderitaan berbulan-bulan akibat manusia tak bermoral itu.

Kalian kini menikmati apa yang kalian mulai. Kalian menyulut api, kalian pula yang akan terbekap asap. Tapi yang aneh malah ada istilah Banyak asap banyak proyek. Hadeeuuh dasar tak beradab dan korup!

Inilah testimoniku buat kalian manusia. Bukalah kitab suci kalian dan renungkanlah. Semoga kalian menyadarinya.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar Rum/30:41)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun