Mohon tunggu...
Achmad Ridwan Sholeh
Achmad Ridwan Sholeh Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai

Ayah dari Achmad Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Orang Dalam", Sebuah Pola Pikir Peninggalan Era Kolonial

9 April 2020   14:00 Diperbarui: 9 April 2020   21:38 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh saja penerimaan pegawai di salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) favorit negeri ini, dimana istilah orang dalam masih sangat berlaku. 

Meskipun tidak secara keseluruhan dari penerimaan pegawai, tapi sedikit banyaknya ada orang dalam yang membantu segelintir peserta untuk lolos.

Bahkan dalam sesi wawancara ada pertanyaan, "Ada keluarga yang bekerja disini?". Pertanyaan semacam ini terkadang menjebak dan terkadang memang sudah ada dalam skenario HRD untuk memastikan bahwa seorang peserta adalah keluarga dari sang Bos Besar.

"Saya keponakan dari Pak Rudi (Direktur Keuangan)", ucap seorang peserta. Tentu mendengar jawaban seperti itu akan berpengaruh pada keputusan seorang HRD. 

Apalagi sudah ada istilah titipan dari manajernya untuk meloloskan keponakan Direktur, maka semakin dilemalah seorang HRD. Apakah dia akan bersikap profesional atau siap menanggung akibat dari tidak meloloskan karena ada peserta lain yang lebih baik.

Pada realitanya, HRD tersebut mayoritas akan meloloskan peserta titipan tersebut. Ini bukan menyangkut profesionalitas, ini sudah merupakan sistem yang telah terbentuk sejak lama atau tepatnya budaya.

Untuk swasta yang berstatus perusahaan keluarga ini lebih parah. Bisa saja setiap orang menjadi pegawai, tetapi ada garis yang tak bisa dilewati jika bukan dari keluarga pemilik usaha. Orang dalam sangat berkuasa karena pengaruh kepemilikan yang tanpa batas.

Kelas manajer atau bahkan sekelas supervisor semua diisi oleh keluarga, saudara, sepupu, cucu, cicit semua menempati posisi strategis dan orang luar hanya sebatas kacung di perusahaan tersebut. 

Bagi orang luar, masa depan karir di perusahaan semacam ini sangat suram dan sebaiknya memikirkan opsi yang lebih baik. Tak semua memang, tapi sebagian besar seperti begitu.

Sama halnya dengan melamar pekerjaan, dalam berdagang pun ada istilah orang dalam. Dalam persaingan dagang ini terlihat pada pengadaan barang dan jasa, baik di pemerintah maupun di perusahaan swasta.

Lelang pengadaan yang diharapkan mendapatkan barang dan harga terbaik nyatanya hanya melengkapi administrasi saja. Orang dalam sangat berpengaruh dalam memutuskan pemenang tender. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun