Mohon tunggu...
Achmad Ridwan Sholeh
Achmad Ridwan Sholeh Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai

Ayah dari Achmad Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakarta, Kau Sedang Tak Asyik! Aku Pamit Dulu

29 Maret 2020   08:28 Diperbarui: 29 Maret 2020   13:06 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Konsep karantina kewilayahan berbeda dengan lockdown. Rancangan PP sudah ada di Kemenko PMK dan tinggal didiskusikan kembali. Tapi saya pastikan tidak ada lockdown melainkan karantina kewilayahan", tuturnya.

Apapun istilah yang digunakan, pemerintah bertujuan untuk menyelesaikan penyebaran virus Corona. Walaupun masih terlihat kurang tegas, karena banyaknya pertimbangan tentang kebijakan yang akan diambil dan dampaknya ke masyarakat.

Contoh satu negara yang tegas mengambil kebijakan Lockdown adalah Meksiko. Tak seperti Jakarta yang kondusif, kota Meksiko mulai tidak aman. Penjarahan minimarket mulai terjadi dalam kondisi kota yang lockdown.

Gelombang penjarahan menyebar disertai ajakan media sosial tersebar di tengah masyarakat. Perampokan masal di tengah pusat bisnis menyebabkan terjadinya bentrokan antara sipil dengan pihak kepolisian.

Hal yang sama akan terjadi, apabila pemerintah menerapkan kebijakan yang salah. Kebijakan seharusnya disertai dengan kondisi kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam menjalankannya.

Saat ini saling tolong menolong antara warga kelas atas dan bawah diharapakan menjadi solusi terbaik. Acara mudik masal dari ibukota merupakan keputusan yang tidak tepat ditengah wabah. Sesuai dengan hadis nabi Muhammad ,

"Apabila kamu mendengar penyakit berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila kamu berada di dalamnya, jangan pula kamu lari daripadanya". Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun