Keteladanan
Haji Agus Salim adalah Bapak Bangsa yang kompleks; Ia penerjemah, wartawan, diplomat dan ulama, juga sastrawan.
Sebagai wartawan ia tercatat menjadi Ketua Dewan Pers pertama. Pernah menjabat menteri luar negeri beberapa kali. Dengan kapasitas diplomasinya, kemerdekaan Indonesia mendapat pengakuan negara-negara Arab pada 1947.
Penerbitan ceramahnya tentang Islam di Cornell University (1953), Amerika Serikat, menasbihkan Bapak Bangsa ini sebagai perintis pemikiran neo-modernisme Islam di Indonesia.
Teladan terpenting dari Haji Agus Salim adalah kesederhanaan dan idealisme, serta keteguhan mempertahankan dua hal tersebut.
Sebagian generasi JIB (seperti M Natsir, M Roem, Kasman, Prawoto hingga Jusuf Wibisono) adalah anak didik Haji Agus Salim yang belajar agama, dari tempat yang satu ke tempat lain; yang bergantung ke mana Haji Agus Salim dan keluarganya harus pindah dan mengontrak rumah, dari sebuah gang becek ke gang becek lain.
Kasman Singodimedjo dengan sangat baik melukiskan hidup Haji Agus Salim ini sebagai 'leiden is lijden', memimpin adalah menderita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H