Mohon tunggu...
Achmad Rafif
Achmad Rafif Mohon Tunggu... Penulis - Begitu menyedihkan jadi anak bangsa merdeka | aku, sederhana namun berirama.

Novel "Intuisi" sedang dalam proses penulisan. Blog Lama : https://www.kompasiana.com/achmadrafif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Lentera Bunda

7 Februari 2022   14:51 Diperbarui: 7 Februari 2022   14:56 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Ya, Bunda."kataku. Lalu kucium keningnya.

            "Ah, anak Bunda yang pintar."Bunda mengelus rambut ku dan terucap suatu wejangan lagi yang membuat pribadi ku terbentuk sampai aku besar nanti. Begini kata Bunda:

            "Jajang, dalam waktu yang beranjak nanti akan ada banyak warna dalam kehidupan. Warna apapun itu (yang kamu jumpai) tetap menjadi penerima yang baik yaaa. Dan jika kamu sedang patah hati janganlah menangis. Kamu harus menulis. Mengerti kamu Nak? Sini dekat pangkuan Bunda."aku hampiri Bunda dan duduk dipangkuannya, kemudian kami saling memeluk.

Ketika Bunda sedang libur kerja aku selalu diajak pergi berjalan-jalan, walaupun hanya pergi ke supermarket sekedar membelikan aku es krim atau sebatang coklat itu sudah membuat hati ini merasa sangat bahagia. Dan Bunda selalu mengajari aku untuk selalu mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah memberikan suatu pertolongan atau bentuk apapun yang bermanfaat untuk kita. Setidak-tidaknya ucapan terima kasih ku untuk Bunda tiada berbanding dengan apa yang telah Bunda berikan kepada ku dan segala sesuatunya yang telah Bunda korbankan untuk aku dan Ara.

Kehidupan kami terus berjalan. Sampai pada akhirnya Ayah pulang dari penjara dan menemui kami dirumah. Bunda yang bilang padaku bahwa Ayah akan kembali pulang kerumah dan kami akan berkumpul kembali seperti dulu.

Jiwa Bunda yang begitu besar membikin hati ini semakin mencintainya. Tidak ada sesuatu alasan yang membuat Bunda meninggalkan Ayah dan berpisah dengannya. Hanya saja, Bunda tidak ingin kami anak-anaknya mengalami ketidakutuhan keluarga. Hati Bunda yang berjiwa malaikat adalah sumbangsih terbesar dalam hidup ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun