Dalam setiap kebaikan ada keselarasan dan keseimbangan---harmonisasi pada setiap perangkat fakultas kesadaran manusia yang menghubungkan realitas internal dan eksternal, yang absolut dan yang nisbi.
Bagi manusia shiddiq kenyataan adalah kenyataan, realitas adalah realitas. Kenyataan dan realitas dilihat secara sungguh-sungguh dan diterima apa adanya.Â
Empat sebagai hasil penjumlahan dua ditambah dua, diterima dan disampaikan sungguh sebagai empat. Tanpa pamrih surga atau neraka, tanpa iming-iming hadiah, tanpa janji-janji jabatan.
Konsistensi bersikap shiddiq akan membentuk sifat amanah. Ini akibat logis bagi orang yang memiliki kualitas kejujuran yang konsisten dan sungguh-sungguh. Ia bukan hanya dipercaya; bahkan apa pun dan siapa pun akan aman berada di sampingnya. Ia tidak menjadi ancaman bagi apa pun dan siapa pun.
Manusia yang memiliki profesi, jabatan, atau pekerjaan yang dilandasi sifat shiddiq dan amanah bukan hanya dicari-cari pihak lain karena semata-mata kualifikasi profesionalitas. Lebih dari itu, ia memiliki kualitas kepribadian yang mengamankan sekaligus menyodorkan kebenaran, kebaikan, keindahan. Ia dibutuhkan banyak pihak.
Kesuksesan itu tidak dinikmatinya sendiri. Kebaikan harus selalu berada dalam keselarasan dan keseimbangan agar bisa mengamankan. Ia tidak berhenti pada sukses pribadi. Ia melakukan harmonisasi melalu sifat tabligh, menyampaikan apa yang diperoleh kepada orang lain.
Dalam konteks meneladani aplikasi rangkaian sifat shiddiq dan amanah, tabligh bukan sekadar menyampaikan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Penyampaian ini bisa dimaknai secara kontekstual.
Orang yang hidupnya dalam kelapangan: lapang harta benda, lapang ilmu, lapang wewenang, lapang sikap legawa lalu menyampaikan kelapangan yang dimilikinya kepada pihak yang membutuhkan, itu bisa dimaknai sebagai bentuk penerapan sifat tabligh.
Shiddiq---yang berbuah amanah; amanah yang berbuah tabligh---akan dipuncaki sifat fathonah. Kalau memakai term kecerdasan modern, fathonah lebih dari sekadar kecerdasan intelektual, emosional, spiritual. Orang Jawa menyebutnya waskita.
Profil yang memiliki fathonah adalah ulul albab (Q.S. Ali Imran: 190-191). Kecerdasan yang outcome pikiran, tutur kata, tindakan serta semua perangkat fakultas kesadaran bermuara pada: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Sifat shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah merupakan empat dalam satu, sekaligus satu dalam empat. Ia bisa dikerjakan sebagai tahapan, sekaligus kesadaran yang saling mengisi dan diisi.