Apakah sadar diri sebagai manusia adalah kesadaran fundamental bagi tegaknya perilaku beragama sebagaimana yang dikehendaki Tuhan? Jawabannya, ya. Ia bahkan menjawab pertanyaan, mengapa agama diturunkan kepada manusia, tidak kepada kambing, gunung, dan pohon?
Adegan kisruh praktik beragama yang sarat dengan bentuk-bentuk kekejaman---bukan hanya kejam membunuh demi tiket masuk surga, tetapi juga kejam menyalahkan kelompok lain seraya membenarkan kelompok sendiri, kejam membuat standarisasi perilaku toleransi sesuai kepentingan, kejam menyatakan yang selain kami adalah sesat---sesungguhnya merupakan perilaku yang jauh dari kualitas manusia, alias masih berada dalam tataran perilaku hewan. Â Â
Bagaimana bisa beragama dengan baik, benar, dan bijaksana, lha wong sekadar menjadi manusia saja kita belum mampu. Bahkan pun puasa kita baru sekelas puasa ular: tidak makan dan tidak minum.
Tragedi kemanusiaan yang berlatar agama, dengan demikian, membuktikan bahwa kita gagal mengolah diri menjadi manusia yang sebenarnya.[]
Jagalan, dinihari 4 April 2022