Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Zona Warna, Kampung Tangguh dan Cermin Logika yang Terbalik

12 Juni 2020   15:19 Diperbarui: 12 Juni 2020   20:25 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih detail lagi, kalau memang sengaja menggunakan zona "bahasa warna", apakah selama ini Pemerintah Kabupaten (Jombang) telah menjalankan, minimal, komunikasi yang jelas, masif dan konsisten?

Apa standarisasi komunikasi yang jelas, masif dan konsisten? 

Siapa juri atau pihak yang menilai bahwa komunikasi Pemkab kepada masyarakat telah berlangsung jelas, masif dan konsisten?

Kita ambil satu contoh simulasi. Kecamatan Jombang Kota warnanya merah. Ada 15 orang dinyatakan positif.

Dikutip dari Kompas.com, zona warna merah, menurut panduan yang dilansir dari Color Zone Pandemic Response Version 2 yang dipublikasikan oleh Chen Shen dan Yaneer Bar-Yam pada laman New England Complex Systems Institute, perlu melakukan tindakan:

  • Menutup sekolah, tempat ibadah dan bisnis.
  • Membatasi perjalanan untuk tujuan yang tidak penting.
  • Memberlakukan lockdown (karantina) bagi komunitas yang telah terinfeksi virus corona dan mengirimkan kebutuhan mereka tanpa kontak fisik. Dst

Kita patut menghargai "kerja keras" pemerintah setempat. Namun, dalam situasi seperti ini, selain mengobati pasien positif, langkah-langkah antisipasi perlu terus ditegakkan.

Dalam beberapa tulisan sebelumnya, saya menceritakan kondisi Pasar Citra Niaga (Pasar Legi) Jombang yang lumayan "bebas" dan nyantai di tengah jumlah komulatif pasien positif yang terus bertambah.

Hingga hari ini tercatat 114 orang terkonfirmasi positif di Kab. Jombang. Jumlah yang tidak sedikit ketika transisi kenormalan baru digaungkan pemerintah.

Sementara pasar tradisional di Kec. Peterongan ditutup "hanya" tiga hari. Keputusan itu diambil setelah ada pedagang yang dinyatakan positif.

Padahal lokasi pasar tersebut cukup dekat jaraknya dengan desa Plosokerep Kec. Sumobito. Di desa ini warga satu RT "di-lockdown" akibat ditemukannya "kluster baru" penyebaran Covid-19.

Belum juga tampak langkah-langkah intensif dan antisipatif untuk memutus penyebaran virus antarpedagang dan antarpasar. Kalau pun ada tarafnya anget-anget "telur" ayam.

Alih-alih meningkatkan kewaspadaan dan mengintensifkan komunikasi, Pemkab masih "bermain-main" dengan kegiatan seremonial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun