Ki Ageng Gribik termasuk salah satu ulama yang menyebarkan agama Islam pada zaman Mataram di daerah Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
"Apem Yaqowiyu" sampai sekarang diperingati menjadi upacara adat di Jatinom yang diselenggarakan setiap tahun pada hari Jumat, sekitar tanggal 15 Bulan Safar dalam penanggalan Jawa, berlokasi di dekat makam Ki Ageng Gribig.
Apem berasal dari bahasa Arab: 'afwun, artinya "maaf". Kata ini berasal dari rangkaian doa: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwaa fa'fu 'annii." Ya Allah, Engkau sesungguhnya Maha Pemaaf yang menyukai orang yang minta maaf, maka maafkanlah (dosa dan kesalahan) ku.
Selama bulan Ramadan disarankan sering membaca doa ini sebagai upaya pertaubatan kita kepada Tuhan.
Tradisi dan budaya Jawa yang sarat simbolisme berhadapan dengan akulturasi ritual keagamaan Islam. Tradisi megengan Apem merupakan bentuk akulturasi antara Jawa dan Islam. Keduanya seperti tumbu ketemu tutup. Klop!
Simbolisme Apem mengandung ajaran tentang pertaubatan kepada Tuhan sekaligus permaafan kepada sesama manusia.
Tradisi weweh atau aweh, bahasa Indonesianya "memberi", setali tiga uang dengan megengan. Baik weweh maupun megengan merupakan aplikasi dari sedekah yang menjadi salah satu ajaran dalam Islam.
Sayangnya, tradisi dan budaya khas Jawa menjelang bulan Ramadan kian tergusur oleh hegemoni iklan sirup. Walaupun diucapkan melalui konteks guyonan, meme iklan sirup merek tertentu kerap dijadikan penanda datangnya bulan Ramadan.Â
Ini sungguh terlalu!
Grebeg Apem dan "Asisten" Tuhan
Ribuan kue Apem yang disusun menjadi tiga tumpeng besar siap diarak dari Ringin Contong menuju Alun-alun Jombang, Jawa Timur. Acara kirab ribuan kue Apem merupakan satu rangkaian acara Grebeg Apem untuk menandai datangnya bulan Ramadan.
Pada 2017 lalu Grebeg Apem mengambil rute di depan Gedung Olah Raga (GOR) menuju Ringin Contong. Ada 21 tumpeng besar berisi ribuan Apem dikirab sepanjang jalan Gus Dur.