Istri Gus Jim makin penasaran.
"Enak ya ke mana-mana memakai sarung?"
"Enak bagaimana?" tanya Gus Jim. HP diletakkan.
"Kalau mau main bisa cepat, tidak perlu melepas sabuk dan celana. Sarung tinggal dinaikkan ke atas."
Gus Jim menangkap kecurigaan yang dimaksud istrinya.
"Saya pergi keluar rumah untuk berdakwah, ngaji, memotivasi umat, bukan untuk urusan yang bikin Mama curiga."
"Kalau begitu Papa bisa pakai celana, tidak selalu memakai sarung," sergah istrinya.
Sampai di sini Gus Jim terdiam. Ia ingin sekali menyampaikan fakta yang sesungguhnya, namun tenggorokannya tercekat. Gus Jim khawatir istrinya makin tidak percaya.
"Semua sarung sudah Mama buang. Besok Papa harus kembali memakai celana panjang," ucap istri Gus Jim sambil ngeloyor pergi.
Gus Jim terpana. Di depan istri mengapa ia jadi goblok ndadak: kecerdasan, kewibaan, kedermawanan lenyap seketika.
Gus Jim belum sadar, di rumah ia tidak lagi memakai sarung dan kopiah hitam. Ketika istrinya barusan ngamuk, ia hanya mengenakan katok kolor.[]