Satu alasan sudah cukup, dan itu mengalahkan obyektivitas akal sehat. Alasannya adalah Gus Jim selalu memakai sarung dan kopiah hitam ke mana pun ia pergi dan apa pun acara yang dihadiri.
Maka, tiada lagi yang membuat Gus Jim percaya diri selain ke mana pun ia pergi dan apa pun acara yang dihadiri, sarung dan kopiah hitam merupakan kostum yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Bukan hanya itu. Selain dikenal sebagai Gus yang luman nan dermawan, berkat sarung yang dipakainya saat pergi ke mana pun dan hadir di acara apa pun, jadwal pengajian Gus Jim setiap hari padat merayap. Para pengundang harus rela antre berbulan-bulan agar acaranya bisa dirawuhi Gus Jim.
Tepatnya bukan pengajian tetapi mengisi acara pelatihan pemberdayaan dan motivasi pentingnya bersedekah. Gus Jim tidak perlu menyiapkan bahan pelatihan dan materi motivasi apapun. Hadirin yang rela menunggunya teramat sangat yakin bahwa Gus Jim memiliki kompetensi yang mumpuni.
Kehadirannya di tengah umat menjadi cahaya motivasi yang dahsyat---membangkitkan umat yang didera rasa putus asa. Semuanya dilakukan tanpa mengeluarkan banyak kata, sebab Gus Jim yang selalu memakai sarung dan kopiah hitam ke mana pun pergi dan apa pun acara yang dihadiri adalah figur ideal bagi umat yang sekian lama merindukan sosok yang cerdas, berwibawa dan dermawan.
Gus Jim sendiri semakin meyakini dirinya adalah sosok yang cerdas, berwibawa dan dermawan. Ia sungguh mengira dirinya adalah figur yang tengah dibutuhkan umat. Karena itu, ia akan selalu memakai sarung dan mengenakan kopiah hitam. Orang-orang akan pula selalu menyambut dan memuliakannya.
Walaupun selalu memakai sarung dan kopiah hitam, orang-orang tidak lantas meminta Gus Jim mengaji sambil membaca kitab kuning layaknya lulusan pesantren yang dikenal sebagai kaum sarungan.
Entahlah, orang-orang itu berhasil mengelabuhi diri mereka sendiri agar sekali waktu jangan pernah meminta Gus Jim membaca kitab kuning ala pondok pesantren. Siapa pun yang meragukan kompetensi Gus Jim harus siap menanggung akibatnya. Umat siap berjihad.
Pokoknya, Gus Jim harus dijunjung, dihormati, dimuliakan karena ke mana pun pergi dan apa pun acara yang dihadiri ia selalu memakai sarung dan kopiah hitam.
"Sarung dan kopiah itu budaya Nusantara!"
"Benar, budaya Nusantara."