Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja Online: Tiada Hari Tanpa Diskon, Jebakan atau "Aji Mumpung"?

13 Mei 2020   20:32 Diperbarui: 13 Mei 2020   20:57 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jejak aktif, ungkap Sinta Dewi Rosadi, adalah jejak yang secara sadar kita bagikan seperti updates status di Twitter, Instagram, dan Facebook, tweet yang retweet, data geolokasi, dan foto atau video yang dibagikan melalui media sosial.

Adapun jejak pasif diambil tanpa kita ketahui saat mengunjungi situs belanja online, situs video, dan situs lainnya yang mengumpulkan data.

Jadi, kita sedang dimata-matai melalui jejak langkah digital kaki kita sendiri. Jejak bayangan itu menghasilkan gambar potret diri. Hampir semua penyedia jasa internet memanfaatkan data pribadi profil diri konsumen untuk menjaring pengiklan dan mengeruk keuntungan besar.

Ekonomi digital memerlukan perlindungan data pribadi. Bisnis e-commerce adalah bisnis kepercayaan. Begitu pilar kepercayaan runtuh akibat tidak adanya perlindungan data pribadi, ambruklah bisnis itu.

Oniomania dan Diskon Sepanjang Tahun

Idul Fitri tinggal menghitung hari. Kembali pada pertanyaan awal, apakah Anda akan berbelanja secara online atau offline untuk membeli kado lebaran?

Kalau kita mencermati aktivitas penjualan online nyaris tidak ada hari tanpa diskon. Sepanjang tahun iming-iming diskon ditawarkan melalui berbagai gaya dan variasi. Penjual dan pembeli sama-sama membutuhkan penawaran diskon.

Bagi penjual atau peritel, diskon membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan dari barang yang tidak payu dan lama ngendon di gudang. Iklan yang menawarkan diskon dan mesin algoritma yang cerdas merekam data pribadi, begitu mudah menyihir konsumen sehingga mereka rela berbelanja tanpa diikuti perencanaan yang matang.

Bagi pembeli atau konsumen, iklan yang menarik dengan potongan harga yang menggiurkan menjadi alasan untuk membelanjakan uang. Apalagi diskon dan potongan harga ditawarkan pada momentum yang tepat, seperti saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, sebagai bentuk "kepedulian" penjual atau ritel kepada konsumen yang akan memberikan hadiah kepada orangtua, sanak keluarga, tetangga, fakir miskin.

Psikologi aji mumpung yang dijadikan alasan utama oleh konsumen untuk membelanjakan uangnya dibaca secara akurat oleh penjual online. Bahkan, konsumen sering berharap dan menunggu penawaran diskon besar-besaran menjelang momentum penting.

Klop. Tumbu ketemu tutup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun