Kemauan berbagi bukan terutama soal yang kaya memberi yang miskin. Tidak berurusan antara yang berlimpah menyumbang kepada yang kekurangan. Bahkan, maaf, tidak pula ada kaitannya dengan kemuliaan "tangan di atas" lebih baik daripada "tangan di bawah".
Namanya saja berbagi. Ia bertumpu pada sikap empati, tepa selira, Â sawang siwanang. Bisa pula berangkat dari rasa tidak tega menyaksikan keadaan tetangga atau sedulur kita. Rasa tidak tega ini sama sekali tidak mensyaratkan kekayaan yang menumpuk.
Itu sebabnya, kita dianjurkan tetap berbagi dalam kondisi lapang dan sempit.
Amma ba'du. Rombongan yang berkumpul di rumah saya, siang itu, Kamis (7/5/2020), bukan para konglomerat. Bukan para bos yang ketika wahing mengeluarkan satu karung uang.
![Sebelum bahan kebutuhan pokok dibagikan kepada warga yang berhak menerima, kami berdoa mudah-mudahan kebaikan ini menjadi berkah dan manfaat. Foto: Dok. pribadi/ASS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-20-34-16-5eb562e9d541df7e9d77ec82.jpeg?t=o&v=770)
Pukul sembilan pagi, karung berisi dua ratus paket kebutuhan pokok dinaikkan ke atas pick up. Tujuan pertama adalah Balai Desa Banjardowo.
Di sana telah menunggu perangkat desa. Seratus paket kebutuhan pokok diturunkan. Tidak pakai "gaya-gayaan" seremonial. Cukup saling mengucap terima kasih dan saling mendoakan kebaikan.
Lalu tancap gas lagi menuju kecamatan Plandaan Jombang. Saya sering mendengar dusun Rapahombo yang jadi tujuan kami. Tapi, saya belum pernah ke sana.
![Doni, Zamroni dan Hari menurunkan bantuan kebutuhan pokok di depan balai desa Banjardowo. Tetap bergairah meski tengah berpuasa. Foto: Dok. pribadi/ASS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-20-34-21-5eb56384d541df28f91c0e02.jpeg?t=o&v=770)
Jaraknya dari Jombang melalui rute tercepat versi Google Map lewat desa Tanjung Wadung hanya 33,6 km. Â
Tiba di Kec. Megaluh, kami harus nambang untuk menyeberangi sungai berantas. Ongkos nambang lima ribu rupiah untuk mobil. Jasa penambangan perahu ini pernah panen rezeki ketika jembatan Ploso diperbaiki. Truk dan mobil memilih nambang ketimbang didera kemacetan panjang di Ploso.
![Nambang, melintasi sungai berantas di Kec. Megaluh Jombang. Sore hari di sekitar sungai berantas ramai dijadikan lokasi ngabuburit warga. Foto: Dok. pribadi/ASS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-20-34-16-1-5eb56597097f36294977beb2.jpeg?t=o&v=770)
Tiba di desa Pojok Klitih kami istirahat. Siang cukup terik. Tenggorokan kering. Tidak ada niat membatalkan puasa meskipun ini belum separo perjalanan. Teras rumah warga yang asri jadi sasaran untuk ndlosor sejenak. Merebahkan badan, ngencengno punggung.
Sambil menunggu pasukan motor yang akan menjemput, kami berunding dengan pemuda desa setempat. Mobil harus ditinggal. Sangat berisiko membawa "mobil kota" yang tidak kompatibel dengan struktur medan.
![Berunding dengan pemuda desa Pojok Klitih. Mobil harus ditinggal dan diganti](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-20-34-18-1-5eb565f8097f36294a51ebc3.jpeg?t=o&v=770)
Dalam kondisi berpuasa memang berat menempuh medan yang ekstrem. Beberapa teman bahkan memutuskan tidak ikut bersama rombongan. Sebenarnya eman juga melewatkan kesempatan ini. Setelah diyakinkan ia pun bangkit kembali ikut bersama rombongan.
Saya sudah niat ingsun sejak awal akan menemani rombongan hingga tiba di lokasi. Puasa bukan kendala. Pasti masih lebih berat saudara kita yang belum tahu akan bisa berbuka atau tidak karena ketiadaan makanan.
Apakah warga Rapahombo hidup dalam kekurangan bahan makanan? Tidak. Mereka baik-baik saja dan semoga akan baik-baik saja. Yang tengah kami lakukan adalah meneguhkan komitmen untuk selalu connecting happiness dengan siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
Terdengar suara knalpot meraung-raung. Dari kejauhan enam rombongan pasukan bermotor telah datang. Pengendaranya anak-anak muda. Yang menjadi joki motor yang saya naiki namanya Rista. Ia siswa kelas dua SMK jurusan mesin di Lamongan.
![Salah satu](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-20-34-17-5eb56680097f36294a51ebc6.jpeg?t=o&v=770)
Saya berangkat paling awal bersama Rista. Uji nyali dan uji adrenalin dimulai. Rista menggeber motornya. Suara knalpot motor trail Viar menggelorakan tantangan.
Jalan paving kini berubah jadi jalan tanah berbatu. Di depan kami tampak hutan jati. Jalanan semakin terjal dan menanjak. Saya memegang kedua pundak Rista.
"Nanti jangan ikut njagang, Pak," teriak Rista mengalahkan deru knalpot motornya.
"Siaaap...," saya berteriak kencang.
Maksudnya, kalau motor miring atau terpeleset akibat tanah bebatuan yang licin, saya tidak boleh ikut menurunkan salah satu kaki. Ini soal keseimbangan yang harus dikendalikan oleh satu orang saja. Sebagai penumpang saya manut dan percaya kepada joki saya.
Semakin masuk ke tengah hutan, jalanan kian terjal, licin dan menanjak. Berulang kali kami menerabas jalan setapak. Kiri dan kanan rimbunan semak belukar setinggi dua meter menutupi jalan. Rista menerabasnya. Ia sangat hafal karakter jalan bersama semua kemungkinannya.
![Setelah menyerahkan bantuan kepada Baitul Maal dusun Rapahombo, kami ngobrol bersama warga. Foto: Dok. pribadi/ASS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-19-16-46-1-5eb567e7097f362efc26acf2.jpeg?t=o&v=770)
Rista memang pengemudi motor handal---sangat handal bahkan, mengalahkan aksi Valentino Rosi. Film James Bond yang mengobrak-abrik pasar sambil naik motor trail belum sebanding dengan aksi Rista.
Jam satu siang kami tiba di depan gerbang dusun Rapahombo. Lega rasanya. Di depan tampak hamparan perkampungan yang sunyi, dikelilingi bukit dan gunung.
![Warga dusun Rapahombo yang menerima bantuan kebutuhan pokok. Foto: Dok. Pribadi/ASS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-19-16-46-5eb56715097f367857546965.jpeg?t=o&v=770)
Angin semilir, udara sejuk dan sunyi perkampungan di keliling gunung membuat saya tak kuat menahan lelah dan kantuk. Saya ndlosor lagi di teras masjid.
Adzan Asar membangunkan saya. Shalat Asar berjamaah bersama warga di masjid yang sederhana sungguh nikmat rasanya. Kami lantas berpamitan. Beberapa warga meminta kami bermalam, balik ke Jombang besok pagi.
![Bantuan juga diserahkan kepada salah satu anak yatim. Foto: Dok. pribadi/ASS](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/05/08/whatsapp-image-2020-05-08-at-19-16-45-5eb56779097f361198341df2.jpeg?t=o&v=770)
Rista telah bersiap di atas motor trail-nya. Uji nyali dan uji adrenalin babak kedua siap dilanjutkan.
"Siapa, Pak?"
"Siap, Ris."
Motor melesat menembus hutan belantara.[]
Jagalan -- Rapahombo, 080520