Ternyata, Diri yang dimaksud bukan diri materi, diri tumbuhan, dan diri hewan, melainkan "diri manusia". Ya, kita menjumpai diri kita kembali sebagai manusia---yang selama ini tergerus menjadi diri materi, diri tumbuhan, dan diri hewan.
Yang telah menemukan dirinya sebagai manusia akan melihat dan memperlakukan orang lain sebagai manusia juga. Sama-sama manusia. Dua manusia akan saling memanusiakan, saling memuliakan, saling menjaga harga diri dan martabatnya.
Transformasi Kesadaran Aji, Ngaji, Ngajeni
Kesadaran Diri manusia bertemu dengan Diri manusia akan melahirkan sikap ngajeni. Saya tidak tahu persis apa bahasa Indonesia dari ukara "ngajeni". Kata dasarnya, aji. Kata yang dekat untuk memotret maknanya adalah mulia, berharga, luhur. Yang kita semua kenal adalah Aji Santoso.
Aji yang diproses melalui laku pembekalan diri namanya ngaji. Nilai manfaat ngaji baru sebatas prestasi individu. Adapun perilaku ngaji yang ditransformasi untuk manfaat kehidupan komunal, sosial, atau bahkan lebih luas lagi disebut ngajeni.
Transformasi aji, ngaji, ngajeni tidak hanya berlaku secara individual, melainkan berlangsung pula dalam kehidupan bilik-bilik sosial, organisasi, ormas, partai politik bahkan antar sesama pemeluk agama.
Maka, pada konteks transformasi itu, NU dan Muhammadiyah semoga tetap mesra sebagai organisasi masyarakat yang sama-sama menaungi manusia, sehingga tidak perlu berdebat siapa yang paling shahih pendapatnya saat menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal.
Apabila setiap agen sejarah dan para pelakunya telah menemukan "akar" manusianya---berkat "jasa baik" Corona---kehidupan pra-Ramadhan akan mengantarkan kita memasuki gerbang bulan ampunan dengan suasana yang bukan hanya berbeda, namun benar-benar baru.
Kita lahir kembali sebagai manusia. Kita pun menjalani puasa karena Tuhan memanggil kita sebagai manusia yang beriman.
Mukmin artinya manusia yang mengamankan orang lain dan lingkungannya. Ketika shalat lima waktu, tarawih, tadarus, berzakat, berinfaq dan bersedekah dijalankan dengan cara yang menjamin keamanan lingkungkan dan orang di sekitarnya sesuai koteks situasi kekinian.
Kita mengupayakan keamanan diri di depan Tuhan, sekaligus menjamin keamanan lingkungan serta orang-orang di sekitar kita.