Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kurban dan Lingkaran Distribusi Cinta

11 Agustus 2019   19:34 Diperbarui: 11 Agustus 2019   19:39 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: m.republika.co.id

Dialektika korban atas-bawah, kuat-lemah, pintar-bodoh tidak berlangsung secara seimbang. Ia linier dan sarat tekanan dari atas ke bawah. Motif dan pamrihnya pun ecek-ecek: meraup keuntungan sebesar-besarnya. Egoisme materialisme inilah yang disembelih oleh ibadah kurban.

Tuhan telah menegaskan, bukan material daging dan darah yang sampai kepada-Nya, melainkan nilai ketakwaan yang dinilai dan dihargai Tuhan. Materialisme tumbang di hadapan Kasih Sayang-Nya.

Lingkaran distribusi cinta kepada Tuhan pun tidak berat sebelah. Korelasi cinta kepada-Nya selalu nyumrambah kepada para makhluk-Nya. Tuhan tidak egois dalam urusan cinta, walau jangan sekalipun menduakan Dia.

Menyatakan cinta kepada-Nya berarti membangun komitmen dan kepedulian kemanusiaan yang tulus. Ibadah kurban, juga ibadah mahdloh lainnya, merupakan metode mengolah diri agar pengabdian cinta kemanusiaan kita efektif dan seimbang.

Adegan penyembelihan leher Nabi Ismail pada akhirnya "gagal". Berkali-kali pedang Nabi Ibrahim yang tajam tidak berhasil menembus kulit Nabi Ismail.

Sekian detik selanjutnya, yang datang adalah malaikat Jibril membawa seekor domba. Tuhan sengaja "menggagalkan" adegan penyembelihan itu. Dia tidak mengizinkan satu tetes pun darah manusia jatuh ke tanah.

Tuhan yang Maha Berkehendak, Pemilik segala nyawa dan darah, menghargai martabat manusia.

Ringkasnya, Tuhan memang sedang menguji totalitas cinta Ibrahim. Dari sisi sang Khalilullah, cinta itu akan dibuktikannya bahkan dengan menyembelih putranya sendiri.

Alangkah jauh konteks aktualisasi cinta kita dengan totalitas cinta Nabi Ibrahim. Bahkan, kita tidak segan menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa sesama manusia untuk membangun singgasana kejayaan di dunia.

Untungnya, waktu adegan Nabi Ismail disembelih, belum ada Operasi Tangkap Tangan (OTT) dari pihak berwenang.[]

Jagalan, 110819

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun