Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melakukan "V-ray" dengan Menulis

25 Maret 2017   12:27 Diperbarui: 25 Maret 2017   23:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Derita seorang penulis bukan derita yang kontra dengan bahagia. Derita dan bahagia itu dikandung oleh bulatan besar kesadaran manusia yang selalu bergerak dan mengalir untuk menemukan keutuhan. Bahasa filosofisnya, bersama datangnya derita ada bahagia; bersama datangnya bahagia ada derita. Utuh, padu dan nyawiji.

Bulatan Kecil yang Dikandung Bulatan Besar

Maka, seorang penulis tidak lantas berhenti sebagai penulis. Ia adalah manusia, sebagaimana seorang jaksa, menteri, tukang tambal ban, presiden, petani, tukang ojek adalah manusia. Semua bidang profesi dan jenis pekerjaan itu adalah wasilah atau sarana—bukan ghoyah atau tujuan. Wasilah atau sarana untuk menemukan keutuhan menjadi manusia. Ghoyah atau tujuannya adalah keutuhan harkat kemanusiaan itu sendiri.

Semua jenis profesi dan ragam pekerjaan itu merupakan bulatan-bulatan kecil yang dikandung oleh bulatan besar bernama manusia. Selain bulatan kecil profesi dan pekerjaan, kita bisa mendaftar bulatan lainnya, seperti aku “ayah”, aku “ibu”, aku “warga RT”, aku “warga negara”, aku “anggota takmir”, aku “pengurus partai”, aku “penumpang bus”, aku “nasabah bank” dan seterusnya.

Derita tragedi kemanusiaan terjadi tatkala bulatan besar Aku mengabdi kepada padatan-padatan kecil dan menjadikannya sebagai tujuan primer dalam hidup. Aku penulis, tentu saja, tidak boleh mengalahkan Aku Manusia, karena yang hakiki adalah martabat kemanusiaan.

Aku penulis mengabdi pada Aku Manusia—yang berkat keberadaan manusia lainnya, tanah, air, udara, ayam, pohon, gunung, seorang manusia menjadi dan disebut manusia. Sebagaimana sebuah jari dinamakan jari dan berfungsi sebagai jari-jari karena ia nemplek di tangan dan terkait langsung dengan fungsi dan peran lengan, badan, kepala, otak, jantung, paru-paru, darah.

Seorang penulis bukanlah kepingan-kepingan itu sendiri—penulis adalah ibarat jari yang menyadari keutuhan dan ke-nyawiji-an seorang manusia dengan unsur dan anggota semesta lainnya. Karena itulah seorang penulis selalu dilanda derita dan gembira sekaligus karena ia memiliki kesadaran utuh nan penuh sebagai manusia.

Eksperimen teknologi V-ray sedang dan akan terus dilakukan. Namun, kita bisa melakukan V-ray pikiran dengan cara menuliskannya dengan kesadaran yang utuh sebagai manusia. []

jagalan 25.03.17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun