Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Baper, Sensivitas, dan Manfaat Menangis

5 Februari 2017   18:56 Diperbarui: 6 Februari 2017   15:04 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saya menyarankan pasien untuk menangis karena hal ini meluruhkan energi negatif dan tergantikan oleh energi positif. Menangis itu normal dan tak perlu merasa malu memperlihatkannya,” saran psikoterapis Sharon Marti.

Apabila ingin meningkatkan “maqam” derajat kemanusiaan, kita bahkan tidak sekadar menangis—kita perlu menangisi. Apa beda menangis dan menangisi? Menangis cenderung dipicu oleh faktor tekanan dari dalam diri: kalut, bingung, stres, sedih, atau bahagia yang sangat.

Menangisi dipicu oleh faktor “keprihatinan” yang kita rasakan di luar diri. Kita menangisi orang yang tega membuang bayi. Kita menangisi para pengungsi banjir bandang akibat keserakahan manusia menjarah hutan. Kita menangisi martabat kemanusiaan yang digerus oleh ambisi kekuasan. Kita menangisi ruang privasi yang semakin sempit di tengah teknologi yang semakin canggih. Kita menangisi bangsa Nusantara yang tak kunjung sadar dan mengenal dirinya. Menangisi merupakan pilihan sekaligus komitmen pribadi yang peduli dengan keadaan di sekitar kita lalu berperan memberi solusi sesuai kemampuan.

Di tengah keadaan yang membuat kita menangisi semua itu, dan ternyata hanya kebaikan-kebaikan dalam skala kecil yang dapat kita lakukan—tetap berjuang dan berbagi adalah sebentuk anugerah dan kekuatan dari Tuhan.

Menjeritlah selagi bisa / menangislah jika itu dianggap penyelesaian, teriak Iwan Fals dalam Nyanyian Jiwa. Hingga hari ini kita semakin memerlukan baper, sensivitas, menangis dan menangisi. []

jagalan 05.01.17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun