Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menemukan Toleransi di Makam Gus Dur

30 Desember 2016   23:03 Diperbarui: 31 Desember 2016   10:53 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: makassar.tribunnews.com

Intoleransi: Dapur adalah Ruang Tamu

Dari mata pandang skema vertikal-horisontal, dapur-ruang tamu, kita menelisik lebih dalam aksi intoleransi yang marak dewasa ini. Singkat kata, terjadi silang sengkarut antara gerak vertikal dan horisontal. Perkakas dapur diletakkan di ruang tamu. Perkakas ruang tamu dipindah ke kamar mandi. Aktivitas dapur dilakukan di ruang tamu. Privasi aksi di kamar tidur menjadi konsumsi publik. Saat kita memuji istri sebagai wanita paling cantik sedunia, tetangga sebelah tidak terima. Istri dia yang paling cantik. Terjadi debat, saling memasang standar wanita cantik, saling serang—dan ironisnya, istri tetangga justru terlihat lebih cantik.

Aurat bukan lagi aurat. Semua serba terbuka—tanpa tedeng aling-aling. Adab kemanusiaan digerus oleh banjir bandang krisis empan papan, merobohkan hampir segala pilar bangunan bebrayan sosial. Koyo beras den interi, kata orang Jawa—manusia bergerak kesana kemari tanpa memiliki kesadaran arah, ruang, dan waktu. Barat marah kepada timur; timur dendam kepada barat; atas menindas bawah; bawah mengutuk atas; kanan menempeleng kiri; kiri njotos kanan…

Jam satu dini hari. Ngaji di makam Gus Dur bersama sahabat saya pasti tidak akan pernah selesai. Manusia dibuat repot oleh produk sikap berpikirnya sendiri. Repot sendiri setelah pada akhirnya manusia saling menganiaya sesama manusia. Mereka yang teraniaya mendatangi Gus Dur, minta perlindungan. Pembelaan Gus Dur kepada mereka yang minoritas atau yang dipinggirkan atau yang minta perlindungan adalah pembelaan dan perlindungan kemanusiaan. Harkat kemanusiaan mereka yang teraniaya itulah fokus pembelaan Gus Dur.

Duh, Gus, ternyata ruwet juga belajar menjadi manusia. []

rumah ngaji 301216

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun