Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kaya di Tengah Kemiskinan atau Miskin di Tengah Kekayaan?

23 September 2016   19:10 Diperbarui: 25 September 2016   19:44 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.dream.co.id

Bagi kita, orang biasa dan rakyat kecil yang satuan rupiah paling besar berkisar puluhan juta atau hanya jutaan, uang seratus juta adalah jumlah yang sangat besar. Bahkan terlampau besar untuk dibayangkan oleh akal kita yang putaran uang dalam sebulan cukup sejumlah satu juta atau dua juta. Dan uang seratus juta makin tak terbayangkan bagi mereka yang putaran uangnya cukup di “kelas” ratusan ribu rupiah.

Obrolan di warung itu menyeret saya pada kesimpulan seperti di atas.

“Seratus juta dibelikan krupuk dapat berapa ya?”

Ora usah berkhayal. Ngomong-ngomong, seratus juta itu duit semua ya?”

“Ya duit semua. Masak campur batu!”

“Edan! Kurang kaya raya apa mereka sehingga mentolo nguntal duit seratus juta!”

“Bukan hanya mentolo.”

“Terus apa kalau bukan mentolo?”

“Mereka itu rakus…!”

Lalu obrolan berhenti sesaat.

Kami, para “mahasiswa warung” memberi nama obrolan ngalor-ngidul itu “omong-blek”. Renyah, gurih, tanpa tata tertib alur, tanpa rambu-rambu logika—namun jujur dan polos menyikapi isu dan keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun