Hubungan di lingkungan kerja sesungguhnya adalah relasi antar manusia yang menduduki fungsi jabatan tertentu. Hubungan yang kaku, mekanik, linier layaknya mesin atau robot akan mengikis relasi humanisme. Bagaimanapun, manusia tetap manusia—dengan “perangkat lunak” kemanusiaan yang telah terinstal secara laten dalam dirinya. Perangkat lunak tersebut tidak cukup diaktivasi, bahkan harus terlindung dari virus yang mengancam fitrahnya sebagai manusia.
Virus akan otomatis menyerang "perangkat lunak jiwa" manusia tatkala batas proporsional atau bahasa Jawa menyebut empan papan, dilanggar oleh individu atau sekelompok orang yang bekerja dalam sebuah sistem kerja. Semua ada batas dan takaran masing-masing. Empan papan adalah kesadaran individu dan kolektif memelihara takaran tersebut.
Maka, takaran empan papan akan memandu kesadaran tatkala kebahagiaan bekerja berhasil diaktivasi oleh setiap individu. Menemukan makna bekerja, baik secara lahir dan batin, merupakan tombol aktivasi yang perlu diakses. Makna bekerja dikandung oleh rasa cinta. Mereka yang bekerja dengan sepenuh cinta bukan semata-mata uang yang jadi puncak keberhasilan. Rasa bahagia bisa saja tiba-tiba menyelinap ke dalam lubuk hati ketika kita berhasil membantu orang lain.
Bekerja sepenuh cinta juga akan menuntun kita menemukan sisi kegembiraan paling dalam atas apa yang kita kerjakan, betapapun pekerjaan itu di mata orang lain menyengsarakan. Pasti ada sisi yang menyenangkan, menggembirakan, membahagiakan dari aktivitas tersebut. Sisi tersembunyi itulah yang perlu kita gali dan temukan dalam perasaan diri.
Kegembiraan Cak Mul yang ngobong boto itu menjadi cermin sekaligus refleksi diri bahwa kesengsaraan menemukan relativitasnya. Bagi kita yang terbiasa bekerja dalam ruangan berpendingin, pekerjaan Cak Mul di tengah sawah adalah siksaan dan kesengsaraan yang nyata. Namun, benarkah demikian? Mata pandang empan papan akan menjawabnya, karena mata survei rasionalisme modern kehilangan jejak menelusuri kedalaman jiwa manusia. []
Jagalan 150916
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H