Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mata Survei Kebahagiaan yang Kehilangan Jejak

15 September 2016   23:19 Diperbarui: 16 September 2016   00:20 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://www.bisnisaceh.com/

Hubungan di lingkungan kerja sesungguhnya adalah relasi antar manusia yang menduduki fungsi jabatan tertentu. Hubungan yang kaku, mekanik, linier layaknya mesin atau robot akan mengikis relasi humanisme. Bagaimanapun, manusia tetap manusia—dengan “perangkat lunak” kemanusiaan yang telah terinstal secara laten dalam dirinya. Perangkat lunak tersebut tidak cukup diaktivasi, bahkan harus terlindung dari virus yang mengancam fitrahnya sebagai manusia.

Virus akan otomatis menyerang "perangkat lunak jiwa" manusia tatkala batas proporsional atau bahasa Jawa menyebut empan papan, dilanggar oleh individu atau sekelompok orang yang bekerja dalam sebuah sistem kerja. Semua ada batas dan takaran masing-masing. Empan papan adalah kesadaran individu dan kolektif memelihara takaran tersebut.

Maka, takaran empan papan akan memandu kesadaran tatkala kebahagiaan bekerja berhasil diaktivasi oleh setiap individu. Menemukan makna bekerja, baik secara lahir dan batin, merupakan tombol aktivasi yang perlu diakses. Makna bekerja dikandung oleh rasa cinta. Mereka yang bekerja dengan sepenuh cinta bukan semata-mata uang yang jadi puncak keberhasilan. Rasa bahagia bisa saja tiba-tiba menyelinap ke dalam lubuk hati ketika kita berhasil membantu orang lain.

Bekerja sepenuh cinta juga akan menuntun kita menemukan sisi kegembiraan paling dalam atas apa yang kita kerjakan, betapapun pekerjaan itu di mata orang lain menyengsarakan. Pasti ada sisi yang menyenangkan, menggembirakan, membahagiakan dari aktivitas tersebut. Sisi tersembunyi itulah yang perlu kita gali dan temukan dalam perasaan diri.

Kegembiraan Cak Mul yang ngobong boto itu menjadi cermin sekaligus refleksi diri bahwa kesengsaraan menemukan relativitasnya. Bagi kita yang terbiasa bekerja dalam ruangan berpendingin, pekerjaan Cak Mul di tengah sawah adalah siksaan dan kesengsaraan yang nyata. Namun, benarkah demikian? Mata pandang empan papan akan menjawabnya, karena mata survei rasionalisme modern kehilangan jejak menelusuri kedalaman jiwa manusia. []

Jagalan 150916

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun