Selain mampu merencanakan dan meniti karir dalam pekerjaan, upaya menggapai masa depan itu dilakoninya dengan tetap menjaga karakter mulia sebagai manusia bermartabat. Korupsi—jelas dan pasti—bukan pilihan sikap hidupnya.
Hidup berkelimpahan dalam kebeningan dan pencerahan semacam itulah yang menjadi pondasi untuk membangun keluarga harmonis. Bahagia? Pasti akan dengan sendirinya bersemayam dalam rumah yang setiap pasangan suami istri dan anaknya senantiasa berada dalam atmosfir aufklarung. Keadaan ketika pikiran, perkataan, dan tindakan serba selaras, ungkap Mahatma Gandhi. Atau meminjam ungkapan George Burns, seorang aktor berkebangsaan Amerika Serikat yang memenangkan nominasi Academy Award, sebuah keluargabesar yang anggotanya saling mengasihi, akur, penuh cinta.
Apakah bahagia itu? Pertanyaan yang tidak pernah selesai bahkan sejak bumi dihuni manusia pertama sampai kelak batas waktu hidup berakhir. Bahagia—entah makhluk apa ia, penuh misteri, rumit, berlapis-lapis, getaran-getaran aneh, tapi hadir begitu nyata di momen krusial hidup seseorang.
Bahagia bukan terutama untuk dirumus-rumuskan, tapi dirasakan di setiap tarikan dan hembusan nafas—untuk waktu selama-lamanya.[]
Jagalan 280816
Achmad Saifullah Syahid (Facebook | Twitter)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H