Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berita Buruk dari Mas (Mantan) Menteri yang Tidak Boleh Diabaikan

29 Juli 2016   23:43 Diperbarui: 30 Juli 2016   10:47 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah menerima kabar mengejutkan, Anis Baswedan diganti Muhadjir Effendy, beberapa kawan berseloroh ringan.

“Tak perlu pusing mikirin 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Menterinya sudah ganti.”

“Apa kebiasaan 15 menit membaca akan ikut direshuffle?”

Ndak tahu.”

“Mungkin saja akan diganti,” seorang kawan menyahut, “Tidak ada ‘kewajiban’ bagi menteri yang baru melanjutkan program menteri yang lama.”

“Ganti menteri ganti program, justru itu kewajibannya,” sindir kawan yang lain.

Obrolan cap warung kopi memang mengasyikkan dan cenderung menghanyutkan. Kita menikmati tema pembicaraan yang mengalir gayeng. Transisi dari satu tema ke tema berikutnya tidak memerlukan jeda, brain-gym, atau pemberitahuan resmi dari pembawa acara. Mengalun saja secara santai dan natural.

Suasana obrolan yang cair kerap memancing inspirasi, ide, gagasan, bahkan solusi. Ide tulisan ini datang tiba-tiba, nyelonong di benak saya ketika hanyut menyimak obrolan kawan-kawan itu. Saya tiba-tiba teringat ungkapan “berita buruk” pendidikan yang dilontarkan Mas (mantan) Menteri, Anies Baswedan.  

Berita buruk yang bisa saya lacak datanya, diantaranya 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan (Pemetaan oleh Kemdikbud terhadap 40.000 sekolah pada tahun 2012). Posisi ke-40 dari 40 negara pada pemetaan The Learning Curve – Person (Hasil pemetaan akses dan mutu pendidikan pada tahun 2013 dan 2014). Peringkat ke-40 dari 42 negara pada pemetaan TIMSS bidang literasi sains (Pemetaan Trends in International Mathematics and Science Studies tahun 2011). 0,001 minat baca orang Indonesia menurut UNESCO pada 2012 (Hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang punya minat baca serius).

Fakta dan data berita buruk itu akhirnya menjadi pijakan untuk menyatakan “Pendidikan Indonesia gawat darurat.”

Walaupun menteri pendidikan dan kebudayaan telah diganti, terus berganti, dan akan selalu berganti satu “wejangan” dari Pak Anies yang patut diingat adalah “Mengubah pendidikan itu seperti mengubah arah kapal tanker, bukan seperti mengubah arah speed boat…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun