Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penerimaan Peserta Didik Baru Online: Transparansi Dua Sisi Mata Uang

28 Juni 2016   03:58 Diperbarui: 29 Juni 2016   23:55 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPDB online | Sumber: http://www.koranmuria.com/

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online sedang berlangsung. Saya angkat topi bagi pelaksanaan PPDB online Kab. Jombang, yang memasuki tahap seleksi pengumuman peringkat sementara SMAN, belum ada kendala teknis yang mencemaskan.

Setiap saat, mulai tanggal 26 – 29 Juni 2016, bersama anak saya yang mendaftar SMAN, saya memantau perkembangan peringkat sementara. Pemantauannya tergolong mudah dan cepat. Melalui gadget yang tersambung secara online, kita dapat melihat peringkat pendaftar yang terus berubah. Terobosan teknologi yang cukup membantu dan memudahkan para pendaftar untuk mengukur tingkat kemungkinan diterima atau tidak di sekolah yang dituju.

Saya menilai PPDB online yang tidak terkendala oleh persoalan teknis jaringan IT dapat menciptakan transparansi dan akuntabilitas. Publik dapat memantau dan mengontrol proses penerimaan peserta didik baru secara obyektif dan terbuka. Pagu setiap sekolah pun ditampilkan secara tertulis.

Di Jombang pagu SMAN 1 Jombang kapasitasnya 216; SMAN 2 Jombang 240; SMAN 3 Jombang 240. Pagu SMAN yang berada di kecamatan pun bisa dilihat. Diharapkan, tidak ada lagi praktek jual beli kursi siswa baru yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah atau guru. Anak pejabat pun silahkan bersaing secara terbuka.

Kita bisa memantau perkembangan nilai rata-rata para pendaftar di setiap SMAN. Pada 28 Juni 2016, SMAN 1 Jombang nilai terendah 72.650, tertinggi 82.500, dengan nilai rata-rata 75.125. SMAN 2 Jombang nilai terendah 80.875, tertinggi 93.625, dengan nilai rata-rata 84.832. Kita pun mengetahui sebaran nilai yang terus bergerak di setiap SMAN sampai waktu pengumuman tiba.

Sampai hari ini, 28 Juni, posisi anak saya cukup aman karena dari 240 pendaftar SMAN 2 Jombang, ia berada di peringkat 14. Peringkat tengah ke bawah memang direpotkan oleh masih terus berubahnya peringkat sementara calon siswa baru, yang di hari berikutnya bisa drastis menurun.

Namun, memang inilah fakta pendidikan kita hari ini. Nilai Ujian Nasional (NUN) dan nilai TPA UKD dipakai untuk menentukan peringkat dan keberhasilan calon siswa masuk ke SMAN yang dituju. Kemampuan kognitif akademik masih mendominasi jalur penerimaan peserta didik baru, meskipun terbuka dua jalur lainnya, yaitu jalur siswa berprestasi dan jalur keluarga miskin.

Wacana Akademik

Penerimaan peserta didik baru berwacana akademik ini akan membentuk peta kognitif antar sekolah. Melihat nilai rata-rata calon peserta didik baru sampai hari ini, dapat dipastikan SMAN 2 Jombang akan dihuni oleh siswa yang memiliki kemampuan kognisi akademik lebih tinggi dibanding SMAN lainnya. SMAN 2 Jombang akan (selalu) menjadi primadona dan incaran mereka yang memiliki keunggulan di bidang akademik. Kesan sebagai sekolah primadona kognitif apabila berhasil dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan membentuk citra yang sangat melekat. Sekolahnya anak-anak pintar.

Bagaimana dengan sekolah yang belum berhasil membentuk citra dirinya sebagai sekolah primadona? Dengan berlapang dada mereka akan menerima sebagai sekolah dengan citra akademik kelas dua, kelas tiga, dan seterusnya.

Padahal, citra akademik yang berkembang di penilaian publik tidak selamanya tepat. Pasalnya, kepala sekolah, sebagai salah satu penentu keberhasilan sekolah melalui pola kepemimpinannya, harus siap diganti dan dipindah ke sekolah lain.

Artinya, efektivitas kepemimpinan kepala sekolah belum berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pendidikan, apalagi citra sekolah yang sudah kadung terbentuk melalui opini publik. Sebaik apapun leadership kepala sekolah SMAN di kecamatan pinggiran belum secara otomatis mengangkat citra sekolahnya sebagai sekolah primadona, karena bahan baku siswanya kalah dibanding dengan bahan baku terpilih sekolah di kota.

Secara psikologi akan terbentuk strata sekolah yang mempengaruhi mentalitas siswanya. Sekolah yang dicitrakan sebagai sekolah primadona, favorit, unggulan dalam kasus tertentu akan diikuti oleh siswanya yang memiliki sikap percaya diri. Mereka merasa superior. Sebaliknya, sekolah di pinggiran akan mewariskan sikap gamang, ragu, dan tidak percaya diri kepada siswa. Mereka merasa inferior.

Penilaian itu bisa jadi tidak sepenuhnya benar, bergantung situasi dan kasus yang menyertainya. Namun, wacana akademik kadang menyisakan luka bagi mereka yang akademiknya tidak terlalu bagus namun unggul di bidang non-akademik.

Citra Sekolah VS Kualitas Sekolah

Maka, orangtua hendaknya tidak ngugemi alias berpegang teguh kepada citra sekolah sebagai kesan untuk menilai kualitas sekolah. Tidak perlu berkecil hati ketika anak kita tidak diterima di sekolah favorit karena nilai akademiknya kurang. Tidak perlu malu pada tetangga apalagi menyalahkan anak sendiri. Tidak perlu membayangkan masa depan suram dan gagal hanya gara-gara anak bersekolah di kecamatan pinggiran.

Zaman terus bergerak. Orang tua yang mandeg cara berpikirnya tak ubahnya merelakan anak dilindas perubahan. Kualitas sekolah tidak terutama dibangun oleh citra, kesan, dan image. Apalagi hanya ditentukan oleh mahalnya biaya. Kita tentu sepakat bahwa sekolah bukan terminal akhir perjalanan masa depan siswa. Tidak unggul di kemampuan akademik – dan  tidak setiap siswa harus unggul di kemampuan akademik – orangtua harus mulai melirik dan menemukan keunggulan anaknya di bidang non-akademik lainnya.

Media dan sarana belajar di luar sekolah melimpah ruah. Jagat raya online menyediakan bahan belajar tiada pernah ada habisnya. Pilihan jalur belajar yang jarang mendapat perhatian orangtua dan jarang ditekuni siswa. Kesempatan meraih ilmu dan prestasi terbuka lebar. Tidak melulu bergantung di sekolah.

PPDB online bagai dua sisi mata uang: ia menghadirkan transparasi sekaligus membuka mata kita bahwa stratifikasi akademis di sekolah masih sedang berlangsung di dunia pendidikan. Mengapa kita tidak melepaskan diri saja dari ikatan standarisasi akademik untuk melejitkan kemampuan siswa di bidang non-akademik? []

Jagalan 28 06 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun