Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ambruk Diterjang Cahaya

8 Juni 2016   06:18 Diperbarui: 8 Juni 2016   07:38 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber:http://orig03.deviantart.net/"][/caption]aku melihat wajahmu tersungkur

di jalanan lembab bau kaki

sujudmu adalah hening yang menyergap

setiap langkah kaki di pinggir selokan

 

engkau sembahyang berwudhu keringat

sajadahmu jalanan aspal yang mengelupas

wiridmu desah nafas

yang engkau hembuskan bersama perih

yang menusuk

 

menahan lapar!

puasamu sejatinya puasa

tanpa kepastian berbuka

tanpa khutbah tanpa pesta hura-hura

 

engkau menatapku iba

hanya oleh cahaya bening

sekilas saja engkau melemparnya

aku merasa bukan manusia

 

cukup! kali ini saja kita bertatap muka

sedetik berikutnya

aku akan terbakar

mematung tinggal kerangka

ambruk diterjang cahaya

jagalan 080616

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun