Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan untuk Konsultan Pendidikan dan Pengawas Sekolah

8 Mei 2016   12:19 Diperbarui: 8 Mei 2016   12:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia belum menggali untuk menemukan akar persoalan. Bahkan ia tidak mengidentifikasi sama sekali, diantara para guru dan karyawan, siapakah yang menjadi leader diantara mereka? Bukankah kepala sekolah adalah leader? Belum tentu. Kepala sekolah adalah jabatan struktural, yang kita semua tahu, tidak selalu menampilkan kualitas seorang leader.

Kepala sekolah, karyawan, nuansa psikologi lingkungan kerja, relasi guru dan wali murid, aura kejanggalan visi dan misi sekolah, pragmatisme pemilik sekolah – pokoknya terdapat banyak variabel kontekstual yang luput dan tidak tersentuh.

Masalah yang dihadapi sekolah lebih kompleks daripada variabel yang diasumsikan sang konsultan. Ia tidak bisa serta merta datang ke sekolah, menawarkan formula-formula tanpa melakukan analisis rasional sebelum mengambil keputusan, lalu mengajak guru dan karyawan melakukan kegembiraan kecil dengan harapan esok hari persoalan akan selesai.

Lebih dari itu, di tengah perubahan eksternal yang fluktuatif dan cepat, meminjam ungkapan Senge (1990), sekolah harus menjadi organisasi yang selalu belajar. Sekolah yang terus belajar dari aneka perubahan baru, mengadaptasi ekspektasi masyarakat dan wali murid – dan  yang paling mendesak dari semua itu adalah senantiasa memperbarui sifat dasar dari apa yang semestinya diyakini, diperbuat, dan dituju.

Patut disayangkan, konsultan pendidikan dan pengawas pendidikan kerap terjebak dalam pragmatisme standarisasi. Variabel yang digunakan untuk mengukur perubahan cenderung kolot dan tidak merefleksikan betapa penting merestruktur visi sekolah secara periodik.

Jauh panggang dari api. Konsultan hanya mengajak kepala sekolah, guru, dan karyawan bermain-main air. Pengawas sekolah hanya menggunakan formalisme penilaian kinerja yang selalu disambut kecut oleh para guru.

Karena itu, konsultan dan pengawas pendidikan tidak akan sanggup memimpin perubahan di setiap sekolah yang mereka kunjungi. Fungsi mereka adalah semacam katalisator, mempercepat laju reaksi-reaksi (perubahan di sekolah). Sebuah katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi atau produk (Katalis – Wikipedia bahasa Indonesia)

Siapakah pemimpin perubahan itu? Siapakah pelaku perubahan itu? Perubahan dipimpin oleh kepala sekolah dan pelaku perubahan adalah semua civitas sekolah. Tidak berlebihan kiranya apabila kita berharap kepala sekolah bukan sekedar jabatan struktural. Kepala sekolah dan para guru adalah leader di lingkungan sekolah.

Leadership is the ability to guide others without force into a direction or decision that leaves them still feeling empowered and accomplished. – Lisa Cash Hanson, CEO, Snuggwugg.

Kepada para sekolah dan guru, selamat memimpin perubahan. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun