Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Menanamkan Perilaku Sukses pada Anak?

3 Mei 2016   22:34 Diperbarui: 4 Mei 2016   19:32 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Kunci Sukses (https://workshared.files.wordpress.com/2014/01/86c0f11ab2b7f7cc4d662537592e5581.jpg)

Mari rehat sejenak. Setelah berturut-turut menyajikan tulisan long shot tentang kondisi kekinian pendidikan nasional, kini, kita rehat sejenak. Ada saatnya kita kembali membelai suasana keluarga. Duduk selonjor seraya menikmati anak-anak bermain. Gelak tawa mereka adalah irama terindah.

Lalu melintas di benak kita sebuah tanya: bagaimana jalan hidup mereka kelak? Kesuksesan macam apa yang sanggup mereka raih di masa depan? Kesuksesan yang bersifat mencengkeram ataukah kesuksesan yang bersifat menebar, membagi, dan menyejahterakan sesama?

Bagaimana mengajarkan perilaku sukses agar anak-anak tidak terjebak dalam lingkaran keberhasilan semu? Sukses yang dimaksud bukan semata meraih kejayaan duniawi. Bukan pula mengeruk keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Itu perilaku serakah yang justru menjauhkan anak dari sukses yang sebenarnya.

Beberapa perilaku di bawah ini patut diajarkan kepada anak agar langkah meraih sukses tidak mengorbankan harga dirinya dan menjadikan orang lain sebagai tumbal. Saran di bawah ini saya himpun sesuai pengalaman pribadi ditambah beberapa endapan literatur yang pernah saya baca.

1. Bekerja sama

Mulailah mendidik anak dengan menekankan pentingnya bekerja sama dengan orang lain. Tidak ada keberhasilan dan kesuksesan diraih tanpa sikap kerja sama. Tentu kerja sama yang dijalin dalam rangka tolong menolong dalam kebaikan. Bagaimana caranya? Berikan kesempatan anak bersosialisasi dengan lingkungannya. Bermain mendorong anak menjalin komunikasi dan bekerja sama dengan teman-temannya.

Sangat disayangkan apabila waktu bermain anak semakin berkurang. Padahal waktu istirahat 15 menit di sela pelajaran – menurut studi tahun 2009 yang dimuat jurnal Pediatrics – membentuk perilaku yang baik saat anak mengikuti pelajaran berikutnya.

2. Bertindak nyata

Orang sukses bukan hanya pintar bermimpi. Mereka piawai mewujudkan mimpi dengan bekerja nyata. Nah, anak-anak adalah jago mimpi. Imajinasi mereka melesat. Kadang kita kewalahan menampung mimpi-mimpi mereka. Untuk itu kita bantu mereka agar tidak sekedar bermimpi. Buatlah proyek yang bermakna bersama anak. Disarankan proyek ini bukan proyek individual untuk memuaskan keinginan sendiri. Membantu teman kesusahan yang memerlukan bantuan menjadi proyek pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan anak bertindak nyata.

3. Menetapkan tujuan

Bimbinglah anak menetapkan tujuan sebelum mereka bertindak. Seperti program membantu teman di atas kita berdiskusi terlebih dahulu bersama anak untuk menetapkan tujuan. Melatih dan membiasakan anak memiliki tujuan dalam bertindak akan memandu mereka berjalan di jalan yang tepat. Apabila sejak dini anak terbiasa berpikir sebelum bertindak, manfaat masa depan yang akan diraih adalah mereka fokus dengan tujuan hidupnya.

4. Menentukan prioritas

Dari kesanggupan fokus pada tujuan hidup, akan terbentuk kemampuan memilih prioritas dari beragam pilihan. Membimbing anak fokus pada hal tertentu memerlukan ketelatenan. Target kita bukan pada hasil tapi proses. Anak-anak kadang kehilangan prioritas saat mengerjakan sebuah aktivitas. Untuk itu membimbing mereka agar memiliki kesadaran terhadap ruang dan waktu sangat penting. Kesadaran ruang adalah ia sedang berada dimana. Kesadaran waktu adalah saat ini waktunya apa.

Mengajarkan prioritas biasanya dihubungkan dengan melatih anak mengelola uang. Tidak salah. Bagi saya selain melatih keuangan, anak juga dibimbing untuk fokus pada prioritas sebuah aktivitas.

5. Memahami orang lain

Empati. Keberhasilan membimbing anak agar memiliki empati bergantung pada sikap empati orangtua pada mereka. Piawai mengempati anak merupakan cara menanamkan sikap empati itu sendiri. Orangtua yang pandai menempatkan perspective thinking akan memiliki buah hati yang bersikap empatik pada orang lain.

Orangtua yang peduli dan gemar menolong orang lain sebenarnya sedang mengajarkan sikap yang sama pada anak. Orangtua yang menerima anak secara apa adanya sesungguhnya sedang menanamkan self-esteem pada anak mereka. Kunci sukses bukan terutama orang lain memahami kita melainkan bagaimana kita memahami orang lain.

6. Bersyukur

Kita tentu sepakat tidak ada kesuksesan yang tidak dibingkai oleh rasa syukur mendalam kepada Allah Swt. Bersyukurlah kepada-Ku niscaya Aku menambahkan nikmat-Ku kepadamu. Pada tahap usia perkembangan anak sikap bersyukur diajarkan dengan cara mengucapkan terima kasih pada orang lain. Siapa tidak berterima kasih pada sesama, ia tidak berterima kasih pada Allah.

Syukur dapat juga dimaknai dan disikapi dengan mengoptimalkan talenta, bakat, hobi yang dimiliki anak. Membimbing anak menemukan dirinya dan memberinya kesempatan menjadi dirinya sendiri merupakan sikap syukur orangtua kepada Allah Swt. Tidak ada yang melebihi kesuksesan orang yang mau bersyukur.

Semoga bermanfaat. []

Achmad Saifullah Syahid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun